Panjang sekali cerita yang saya hadirkan kali ini. Pagi Senin saya masih memiliki kegiatan sebagai tukang foto keliling di rumah pengantin. Tradisi setelah malam pertama, melakukan hubungan atau tidak sang pengantin, tradisi ini tetap dijalankan. Ada istilah ‘Umak Pengantin’ yang bukan benar-benar ibu kandung pengantin melainkan seperti seorang dukun beranak di mata saya. Seorang nenek, perokok, keriput, dengan fashion ala dukun beranak, kain dan kebaya menutupi tubuh tuanya. Dari kamar pengantin diambillah ‘ndulangan’ yang terdiri dari beberapa tingkat wadah. Ada yang diisi padi, beras, gula, lilin. Sebelum acara bermain ‘lompat tali’ dan memutar ndulangan pada kedua pengantin, nenek ini akan menjadi memandikan kedua pengantin dengan ‘kasai-langger’. ‘Kasai-langger’ ini adalah sesuatu yang berwarna putih yang dicampur dengan ‘langger’ sejenis tanaman. Biasanya digunakan di pedesaan untuk orang yang mandi hadast besar. Selesai mandi mereka diajak untuk ‘ber