Jadi ada teman saya laki-laki, menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Sempat putus terus nyambung lagi lalu dilamarlah sang perempuan. Lamaran teman saya diterima dan nggak lama mereka pun menikah. Tapi ada suara sumbang sewaktu ijab kabul sudah diselesaikan. Seakan-akan mengecilkan kemampuan lelaki yang baru saja jadi menantunya untuk bertanggung jawab secara finansial pada kebutuhan si istri.
Memangnya sebelum menikah nggak bisakah orang tua pihak perempuan terbuka dengan menjelaskan gaya hidup anaknya seperti apa dan bertanya apakah si calon suami sanggup atau tidak memenuhinya? Dibandingkan membahas mahar, menurut pendapat saya jauh lebih baik bahas berapa uang belanja yang suaminya sanggup berikan setiap bulan untuk istrinya. Apalagi mengingat istrinya masih meneruskan pendidikan di luar provinsi yang menyebabkan pengeluaran menjadi double. Jika memang tidak sanggup bukankah jauh lebih baik menolak lamaran lelaki ini?
Mana pilihan yang lebih baik? Menolak lamaran atau bercerai-berai setelah babak belur dalam pernikahan?
Awal pernikahan mereka jalanin dengan LDM karena suami bekerja di Kalbar lalu istri kuliah di DI Yogyakarta. Ternyata selama perjalanan pendidikannya di sana dia mengandung anak pertamanya, sambil menyelesaikan pendidikan dia pun melahirkan seorang anak perempuan yang cantik di Jogja. Kedua orang tuanya mensupport penuh secara finansial dan mental bahkan ibunya menunggui anaknya selama di Jogja. Uang bukan masalah bagi mereka walaupun anaknya sudah menikah, setiap bulan mereka tetap mentransfer sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan anak perempuannya.
Saya tidak tahu apakah mereka mengkomunikasikan hal ini dengan suaminya atau tidak. Apalagi mengingat teman saya yang terkesan pendiam dan cuek orangnya. Kalau ortunya tetap ingin memberikan dukungan finansial kepada anaknya karena takut anaknya kekurangan uang, lalu suaminya oke-oke saja harusnya tak jadi masalah ke depannya.
Saya sendiri sebagai orang tua juga kepikiran ini nanti bagaimana kalau anak saya tidak memiliki uang yang cukup dari suaminya nanti. Saya nggak keberatan kalau anak saya yang sudah menikah meminta uang kepada saya atau saya yang berikan uang. Tapi apakah nantinya menantu saya tersinggung karena istrinya dapat jatah dari ortunya? Saya belum tahu. Nanti di masa depan akan saya tanyakan. 🤣
Selama LDM belum jadi masalah sebenarnya perkara istri dapat bantuan uang dari ortunya. Setelah kuliah selesai dia pun pulang bawa bayinya yang usianya masih beberapa bulan dan memulai hidup bersama suaminya. Ini titik kritis karena hormon perempuan yang baru melahirkan beberapa bulan dan kelelahan menyelesaikan pendidikan tentunya sangat tidak stabil. Rentan emosian. Terjadilah pertengkaran yang berkaitan dengan finansial.
Bertengkar, istri pulang ke rumah orang tuanya membawa sang bayi. Lalu si istri melayangkan surat tuntutan cerai.
Singkat cerita mereka pun berpisah melalui pengadilan agama. Pernikahan yang baru berjalan setahun lebih kandas di tengah jalan. Itulah pentingnya kita membuka semua kartu sejak awal. Supaya keduanya punya gambaran bagaimana kehidupan pernikahannya nantinya. Setidaknya nggak kaget kalau mendapat nafkah dari suami yang jauh lebih kecil dari pemberian orang tua kita sebelumnya.
Saya waktu kenal sama suami saya yang saya tanyakan memang penghasilannya. Berapa penjualannya setiap hari. Saya mulai hitung-hitungan apakah dia sanggup mensupport saya secara finansial nantinya. Segalanya butuh uang dan jangan sampai uang menjadi masalah utama dalam sebuah pernikahan.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).