Sekarang sudah era digital. Aib yang kita lakukan sulit untuk disembunyikan jika sudah diketahui oleh orang lain. Apalagi kalau sampai kita melakukan penipuan kepada banyak orang.
Sekali lancung di ujian seumur hidup orang tak akan percaya.
Saya pribadi bisa memaafkan kesalahan orang tapi tidak bisa memberikan kepercayaan ulang saat orang itu melanggar janjinya sendiri. Menjaga janji adalah keharusan. Saat satu kali saja janji itu dilanggar habis sudah kepercayaan saya.
Sebenarnya saya tidak ingin menceritakan ini tapi karena ternyata banyak sekali korban penipuan "beliau" yang bertebaran di Pontianak ini biarlah saya cerita sedikit tanpa menyebutkan namanya. Namun yang jelas orangnya suka sekali berbohong.
Kadang saya suka bertanya lagi pada diri saya sendiri "mengapa kita harus hidup dengan berbohong pada orang lain?". Apa untungnya hidup berselimut dusta. Apakah menyenangkan hidup dengan pencitraan yang palsu?
Saya sendiri tidak lagi berteman di sosial media dengan beliau ini. Sudah saya blokir dan tidak berharap untuk bertemu di acara blogger mana pun. Saya patah hati. Saya sangat menghormati dia dulunya. Ternyata yang saya temukan sekarang adalah jejak-jejak dari korban penipuannya yang tak lain tak bukan adalah teman-teman saya sendiri.
Memanfaatkan komunitas untuk mendapatkan keuntungan sendiri sudah biasa dia lakukan. Dulunya saya tak percaya dan terus saja berpihak padanya. Sampai akhirnya saya sadar ada yang tidak benar dengannya ketika dia meminjam uang pada saya untuk pertama kalinya.
Logika saya dengan pencitraan yang dia bentuk selama ini tiba-tiba bertabrakan sebab bagaimana bisa seseorang yang katanya punya bisnis besar, job nulis di blog mahal, dengan segudang sponsor tidak punya sejumlah uang yang dia pinjam dari saya? Bukan puluhan juta padahal.
Tidak masuk akal dia tak punya uang segitu dan harus meminjam dengan saya. Kalau ingin mencitrakan diri sebagai blogger yang sukses sebaiknya jangan pernah minjam uang sama orang terlebih lagi utang nggak dibayar atau ditambah dengan menipu uang orang.
Belum lagi tiap hari kerjaan di facebook curhat seakan-akan dialah korban dan seisi komunitas yang menyudutkan dia. Please jangan play victim. Kalau satu dua orang yang menceritakan aib kita itu biasa tapi kalau terlampau banyak yang menceritakannya berarti ada yang salah dengan diri kita dan aib itu bukan sekadar aib lagi tapi sudah melanggar hukum agama dan negara.
Sesuatu yang busuk itu akan tercium juga pada akhirnya. Hanya menunggu bomnya meledak dan membuka mata semua orang.
Siapa yang sudah menggunakan jejaring sosial yang satu ini? Sudah punya banyak temankah di sana? Mention bagaimana? Banyak juga yang hadir setiap harinya? Atau kadang merasa 'twitter' itu mirip dengan kuburan karena bingung mau ngapain aja di sana. Banyak memang orang yang pada awalnya kebingungan menggunakan twitter. Apa yang sebaiknya dilakukan. Apa yang sebaiknya ditulis. Akun seperti apa yang sebaiknya diikuti. Semuanya sebenarnya kembali lagi ke pribadi masing-masing ingin menggunakannya seperti apa. Karena konsekuensinya juga ditanggung diri masing-masing. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Lama-lama, alah bisa karena biasa akan berlaku. Sebab memang kalau sudah sering membaca lini masa dan sudah mengikuti banyak akun. Kita akan menemukan pola ngetwit kita sendiri. Meskipun demikian, bukan itu yang ingin dibahas dalam tulisan ini. Saya rasa banyak yang penasaran dengan cara mengetahui orang yang stalking akun twitter kita. Orang yang melakukanny
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).