Mau
cerita nih soal pengalaman melahirkan Raza yang penuh drama. Saya
memang paling tidak kuat nahan sakit. Itu sebabnya sepanjang menunggu
pembukaan sempurna saya sebentar-sebentar mengeluh. Mengaduh. Rasanya
dunia akan runtuh. Namun penantian 24 jam itu sebelum berbuah manis
menyadarkan saya satu hal bahwa tak ada apa pun yang dapat saya
berikan untuk menggantikan pengorbanan seorang ibu melahirkan
anaknya. Belum lagi mengandung selama 9 bulan. Aduh tidak kuat
rasanya. Rasanya ada bagian tubuh saya yang merenggang. Saya
kepayahan terutama di dua bulan terakhir.
Anehnya
saya ingin hamil lagi dan melahirkan anak lagi jika memang dapat
kesempatan kedua untuk mendapatkan buah hati. Dulu saya sangat takut
membayangkan akan hamil dan melahirkan. Saya membayangkan tubuh saya
akan terbelah untuk mengeluarkan seorang anak manusia. Apalagi banyak
sekali perempuan yang meninggal dunia karena melahirkan. Nyawa
taruhannya. Tapi hamil dan melahirkan itu adalah pengalaman yang
sangat menyenangkan.
Saya
membayangkan detik-detik akan melahirkan itu ketuban pecah kayak di
film-film. Saya terduduk tak mampu berdiri karena air tumpah ruah
dari sela paha. Kenyataannya ternyata jauh sekali dari yang saya
bayangkan. Ketuban saya tidka pecah. Saya hanya keluar tanda. Sedikit
darah keluar dari bawah bercampur lendir. Itu tanda saya akan
melahirkan dan apakah ketuban pecah seperti yang selama ini ada dalam
kepala saya? Tidak sama sekali.
Raza
dilindungi ketuban yang sangat tebal dan tidak bisa pecah secara
alami. Bidan terpaksa memecahkannya seperti menusuk balon udara. Saya
mendengar suara letupan sebelum akhirnya saya beberapa menit kemudian
melahirkan Raza. Tiga kali beteran
atau mengejan Raza pun keluar. Perjuangan panjang selama 24 jam itu
berakhir sudah. Tidak benar-benar berakhir sih soalnya saya kemudian
harus dijahit dan dibersihkan.
Apa
yang bisa membuat saya bertahan? Raza. Dia yang membuat saya kuat.
Saya mengajaknya berbicara sepanjang saya menahan sakit. Saya
mengatakan bahwa ini akan lewat. Hari ini akan berakhir. Segera
berakhir. Saya hanya harus sabar menghadapi rasa sakitnya. Hari itu
akan selesai dan saya tidak kesakitan lagi. Itu berulang-ulang. Raza
juga kuat sekali. Detak jantungnya normal selama 24 jam itu.
Oksigennya juga cukup. Kondisi janinnya baik-baik saja tapi saya yang
kurang baik.
Sejujurnya
saya hampir menyerah. Saya udah teriak mau dioperasi saja. Untungnya
bidannya kekeh kalau saya bisa lahiran normal. Tak bisa saya
bayangkan harus menyembuhkan diri pasca operasi. Itu perjuangan yang
jauh lebih panjang dibandingkan penyembuhan kelahiran normal. Bahkan
kadang setelah bertahun-tahun rasa sakitnya bisa kembali, kata teman
saya yang sudah pernah dioperasi. Saya sendiri karena melahirkan
normal besoknya sudah bisa berdiri walaupun masih perlahan takut
jahitannya lepas. Beberapa minggu kemudian saya sudah bisa
beraktivitas seperti biasa.
Ketubanpecah bukan satu-satunya tanda akan melahirkan ya. Jika terjadi
kontraksi dan usia kandungan sudah cukup sebaiknya segera datang ke
bidan terdekat atau rumah sakit bersalin. Jangan sampai penanganannya
terlambat dan membuat ibu dan
bayinya berada dalam bahaya. Saya ditangani dengan baik sebelum
melahirkan dan bisa melahirkan dengan normal. Time flies.
Sekarang Raza sudah setahun 5 bulan. Tak terasa waktu sedemikian
cepat berlalu dan dia sudah besar. Mulai belajar berbicara beberapa
kata.
Melahirkan
anak itu adalah anugerah yang hanya dimiliki oleh perempuan.
Keistimewaan yang benar-benar istimewa dan menunjukkan betapa kuatnya
kita sebagai perempuan untuk mengandung lalu berjuang melahirkan
zuriat kita ke dunia. Dukung kehamilan kita dengan Lactamil juga ya Bunda.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).