
Dari Uwan (nenek) saya belajar banyak hal. Terutama kreativitas saat memasak di dapur. Uwan adalah koki paling hebat di mata saya. Selalu bisa masak enak. Selalu membuat saya rindu dengan masakannya. Walaupun sekarang dia sudah jarang masak. Dia sudah terlalu tua untuk melalukannya.
Makanan yang tak bisa saya lupakan dari Uwan adalah kaldu ikan teri. Jadi dia menyiapkan sarapan itu biasanya memang nasi. Jarang makanan lain. Selalu membuat sendiri. Karena di rumah banyak orang dan butuh banyak uang kalau setiap pagi beli sarapan.
Uwan biasanya merebus ikan teri dengan bawang merah dan putih. Saya tak pernah tahu berapa lama dia merebusnya. Tapi ikan teri yang direbusnya tidak banyak. Hanya beberapa ekor. Entah mengapa setiap pagi saya bisa makan nasi hanya dengan kuah dari ikan teri rebus tersebut. Saya jarang makan ikan terinya. Karena ikan teri rebus, saya kurang suka. Saya cukup makan dengan kuahnya saja.
Berapa kali saya mencoba membuat kaldu ikan teri seperti yang dibuat Uwan tapi selalu saja gagal. Rasanya berbeda. Ada rasa yang tak muncul dari kaldu buatan saya. Padahal saya membuatnya persis sama dengan buatan Uwan. Sesekali, jika rindu saya akan merebus beberapa ekor ikan teri lalu memotong bawang merah dan putih sebagai tambahan rasanya.
Kemudian saya akan menikmatinya dengan sepiring nasi hangat. Begitu saja. Sudah cukup untuk menjawab kerinduan saya pada masakan Uwan walaupun rasanya benar-benar berbeda.
Ternyata di Korea juga ada kuah yang dibuat dari ikan teri. Kaldu ikan teri. Sama seperti ayam yang punya kaldu, ikan teri juga bisa dijadikan kaldu. Kaldu yang membuat saya kembali pada masa kecil saya dulu. Saat sarapan bersama keluarga. Dengan nasi putih hangat yang dimasak dengan tungku.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).