Pertama kali menyandang gelar sebagai mahasiswi di STBA saya tidak banyak membayangkan kehidupan kampus yang menyenangkan. Saya hanya membayar hutang pada diri saya sendiri. Saya yang belasan tahun lalu memutuskan untuk kuliah di sana suatu hari nanti. Lalu batal karena status kampusnya swasta dan biayanya pasti mahal. Memang dibandingkan kampus saya sebelumnya STBA cukup mahal, sekitar 4-5 kali lipat dibandingkan SPP saya sebelumnya pada masa yang sama.
Setelah belasan tahun berlalu ternyata impian saya untuk kuliah di STBA, dulunya ABA, tak pernah padam. Keinginan itu hanya mengendap belasabn tahun kemudian muncul lagi beberapa tahun lalu. Sekitar empat tahun lalu sebenarnya saya sudah memendam keinginan untuk kuliah di sana. Sudah punya penghasilan sendiri dan saya pikir sudah waktunya saya melakukan apa yang saya inginkan sejak dulu.
Ingin kuliah lagi bukan sesuatu yang buruk bukan?
Sampai akhirnya saya memutuskan mendaftar dua tahun lalu. Tahun 2014 menjadi satu di antara banyak titik balik dalam hidup saya. Termasuk saya akan menjadi ibu pada tahun tersebut juga. Iya saya mengandung Raza saat saya mendaftarkan diri untuk kuliah di STBA. Kehamilan yang tak saya ketahui karena saya tidak merasakan tanda-tandanya sama sekali. Maklum sudah 8bulan menikah dan tak ada tanda-tanda berbadan dua membuat saya akhirnya mengambil keputusan untuk kuliah. Menambah ilmu buat perempuan sangat penting bukan?
Saya ingat betul pertama kali masuk STBA, saya sangat malu, merasa paling tua dan langsung duduk di bangku paling depan. Tak berani untuk berkenalan dengan siapa pun dan saya duduk di bangku yang sama setiap hari sampai pindah kelas pun saya masih duduk di posisi bangku yang sama. Depan, tengah, tak jauh dari meja dosen. Saya waktu itu tak berharap akan punya teman, tidak dapat musuh saja rasanya sudah senang sekali.
Bahasa Inggris saya cukup buruk waktu masuk STBA, sekarang alhamdulillah banyak sekali kemajuan yang saya dapatkan. Saya bersyukur memberanikan diri mengambil keputusan untuk kuliah lagi waktu itu. Tidak sia-sia saya belajar sangat keras untuk mengejar ketertinggalan saya selama ini. Iya, saya tertinggal belasan tahun untuk kuliah di STBA.
Kemudian hari itu muncul, entah kapan mahasiswi termuda di kelas saya tertarik untuk duduk di samping saya dan belajar bersama saya. Tak terasa sudah 2 tahun kuliah dan kami menjadi teman sangat dekat. Banyak hal yang kami bagi bersama. Saya bersyukur dia mau pindah duduk di depan dan berteman dengan saya. Tak terbayangkan akan punya teman seperti dia.
Sekarang sudah dua bulan kami tak berjumpa dan rasanya saya rindu sekali dengannya. Rebeka Hani Sunbanu, cepat kembali ke Pontianak, kita main jauh-jauh sama-sama. Seperti hari kuliah biasanya.

Mampir ke blognya di Sunbanu.com
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).