Disiksa saudara sendiri memang akan sangat meninggalkan trauma yang mendalam. Tapi bagaimana pun juga, dia masih kakak saya, saudara saya. Kadang saya rindu ingin bertemu dengannya. Setiap saya menelepon Umak saya, saya selalu bertanya tentang kabar saudara sulung saya. Walaupun saya tahu kami tak mungkin bertemu lagi jika harapan saya adalah bertemu baik-baik. Dia akan selalu membenci saya. Sekeras apa pun saya mencoba untuk baik dengannya atau menyenangkan hatinya. Dia masih menyimpan penyakit itu di dalam dirinya.
Sibling Rivalry.
Tidak hanya memutarbalikkan dunianya tapi juga dunia saya dan adik-adik saya. Kami harus hidup dengan cara yang sekarang karena dia menderita Sibling Rivalry yang tidak dirawat sama sekali. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Sayangnya penyakit yang dia bawa ini tidak ingin dia usir. Dia biarkan tumbuh berkembang di dalam hatinya.
Diri saya yang sekarang seperti ini karena dia ada di dalam hidup saya. Apa yang dia lalukan membuat saya menjadi diri saya yang ini. Saya tidak menyesali punya kakak seperti dia, yang saya sesalkan adalah tak ada yang bisa saya lakukan selain menjauh darinya. Demi keselamatan bersama.
Beberapa waktu lalu saya masih bermimpi tentangnya setiap malam.Hingga kemudian saya memutuskan untuk menuliskan masalah Sibling Rivalry ini di blog ini. Harapan saya tulisan ini tidak hanya 'menyembuhkan' trauma mendalam saya tetapi juga bis menjadi pencerahan bagi banyak orang tua yang punya anak dengan kondisi yang sama.
Setelah menulis dua artikel Sibling Rivalry ternyata mimpi buruk tentangnya tak pernah lagi ada. Tinggal sisa trauma yang tersimpan di dalam dada. Saya berharap bisa menghilangkannya segera. Karena semuanya terlalu menyiksa. Apalagi ketika ada yang tak percaya dan rolling their eyes when I told them. Yah buat yang keluarganya cukup normal pastinya cerita tentang penyakit kakak saya ini hanyalah dongeng belaka. Tak mengapa, lebih baik seperti itu karena jika di keluarga lain ada yang seperti kakak saya artinya akan ada lebih banyak adik yang menderita seperti saya.
Biarlah luka di paha kanan saya menjadi saksi bisu dia pernah melukai saya sampai berdarah. Selain dari tamparan, jambakan, tendangan yang pernah saya terima. Dulu saya tak merasa yang dia lakukan itu salah. Sekarang? Saya rasa saya ingin melaporkannya ke polisi, sayangnya semua luka fisik itu sudah sembuh. Tinggal luka di dalam jiwa yang masih terus menganga dan membuat saya menjadi seorang yang sekarang menuliskan ini.
If you know what I mean.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).