Sebelum
menuliskan ini rasanya saya harus menarik napas sepanjang mungkin.
Karena saya kesal dengan hukum di Indonesia. Seandainya saya bisa
mengatur hukum negara ini, hukum yang paling ingin saya revisi adalah
hukuman buat koruptor. Mereka pencuri semua hak rakyat negara ini
lho. Kebayang uang yang mereka curi itu bisa jadi apa bagi kemajuan
negara kita. Negara kita kalah maju memang jika dibandingkan dengan
Jepang. Yaiyalah Jepang dijadikan tolok ukur.
Sebelum
saya ngomongin soal koruptor hukuman yang paling oke buat mereka apa,
saya mau bahas soal negara sebelah dulu. Itu lho negeri jiran. Saya
pikir negara mereka sudah sempurna lho. Transportasinya keren.
Masyarakatnya aman damai sejahtera. Lalu beberapa kali saya menemukan
juga orang yang bisa menunjukkan sisi kurangnya negara mereka. Yah
pada akhirnya nggak ada negara yang sempurna kok. Bahkan negara
Jepang sekalipun. Daripada sibuk mencerca negara sendiri saya pikir
bagaimana kita mendidik anak-anak kita demi memajukan negara kita ke
depannya. Sebab mereka yang akan memegang tampuk pemerintahan di masa
depan.
Jika
menara ini masih banyak kuroptornya yang salah siapa? Setiap orang
punya andil bahkan jangan-jangan kita sendiri sudah memiliki mental
koruptor? Mental yang butuh tempat buat mengeksekusinya lalu tak
semua orang punya kesempatan untuk melakukan yang namanya korupsi.
Orang yang punya kesempatan enak-enak menikmati uang negara lalu yang
tak kebagian akan teriak-teriak untuk meminta hukuman
seberat-beratnya bagi koruptor. Apakah kita benar-benar mua k dengan
tindakan koruptor atau kita sendiri muak dengan ketiadaannya
kesempatan untuk mendapatkan uang hasil korupsi itu?
Namun,
karena kita bukan bagian dari koruptor itu sendiri, kita boleh
mengatakan bahwa kita tidak mendukung tindakan korupsi dan kita punya
andil untuk memusnahkan korupsi dari negara tercinta ini. Tak dapat
saya bayangkan bagaimana majunya Indonesia ini saat semua orang tak
mengutamakan kepentingannya sendiri dan melupakan kepentingan orang
lain. Kepentingan rakyat banyak yang bernama anak-anak kita. Mereka
tak lain adalah anak-anak kita, anak-anak Indonesia. Apakah kita rela
anak-anak kita berada di negara yang tak maju karena orang tuanya
bermental korupsi? Melakukan tindakan korupsi dan akhirnya menjadi
koruptor.
Dulu,
waktu saya pertama kali mendengar kata korupsi saya pikir Edy Tansil
itu punya bisnis sekrup. SEKRUP. Karena kata korupsi terdengar
seperti ada hubungannya dengan sekrup. Tak terpikirkan yang dia
lakukan adalah mencuri uang negara dalam jumlah sangat banyak. Hingga
akhirnya seiring berjalannya waktu saya sadar bahwa saya salah. Salah
besar. Korupsi tak ada hubungannya dengan sekrup.
Koruptor
yang paling mencuri perhatian tentu saja Gayus Tambunan. Namanya
sangat fenomenal dengan segala aksinya setelah di jeruji besi. Bisa
keluar masuk seenak hati, sebelum akhirnya banyak yang menyorot dan
sepertinya dia tak punya banyak kesempatan buat jalan-jalan nonton
pertandingan olah raga. Satu hal yang saya ingat dari Gayus adalah
ketika dia bilang 'Apa kalian baru puas kalau sudah melihat saya
menderita?'. Setidaknya begitu bunyi kalimatnya saat dia disorot
kamera satu stasiun televisi swasta yang mengangkat tema tentang
koruptor.
Saya
jadi kepikiran apa sih yang bakalan membuat orang yang melakukan
tindakan korupsi itu menderita? Yap! Kemiskinan. Bukankah itu yang
membuat mereka melakukan korupsi? Mereka takut miskin, daripada
mereka dihukum di balik jeruji mendingan dimiskinkan saja. Diambil
semua hartanya dan diberikan kartu identitas baru, kartu identitas
koruptor. Tidak boleh punya paspor. Tidak boleh punya harta, terus
keberadaan mereka ditanggung negara. Lalu mereka diberikan pekerjaan
di bidang sosial. Misalnya tukang sapu jalan atau tukang angkut
sampah.
Daripada
memenjarakan mereka mendingan mereka semua dapat rumah susun khusus
untuk koruptor dan hanya boleh mengenakan pakaian yang menandakan
mereka adalah koruptor atau keluarga koruptor. Sehingga masyarakat
bisa membedakan mana koruptor dan mana bukan. Mereka tak boleh pegang
uang. Apa yang mereka dapatkan dari negara ya hanya sandang, papan,
pangan. Itu saja. Tak lebih. Hukumannya sampai kapan? Ya sampai ajal
menjemput.
Lumayan
kan Indonesia bakalan punya banyak sekali pekerja sosial yang nggak
perlu digaji pake uang. Paling penting ya hukuman mereka itu tadi.
Dimiskinkan. Itu saja.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).