Tidak
percaya? Coba lihat deh kalau ada orang yang menerobos lampu merah
terus tiba-tiba ada yang menjadi pengikutnya. Ikutan nerobos juga.
Saya nggak habis pikir sama orang yang melanggar aturan di jalan
raya. Gini deh, aturan dibuat supaya kita tertiba dan lalu lintas
menjadi lancar. Kalau aturan itu dilanggar, bukankah kita sedang
merusak sistem? Kalau sistemnya rusak otomatis akan terjadi
kekacauan. Tabrakan sampai berujung kematian.
Menyebalkan.
Setiap
kali ada yang melanggar aturan berkendara saya hanya bisa memasang
wajah sebal karena tak tahan melihatnya. Pengennya sih langsung negur
tapi kadang posisi kita yang tak memungkinkan untuk melakukan itu.
Belum lagi orang yang mau ditegur kayaknya anak alay yang masih di
bawah umur. Untuk pelanggaran tidak menggunakan helm selama
berkendara saya sih nggak terlalu peduli ya. Sebab itu urusan dirinya
dengan kepalanya. Beda cerita kalau yang dia lakukan itu membahayakan
nyawa orang lain. Semacam mengetak-ngetek HP selama mengendarai
sepeda motor. Melanggar aturan belok atau langsung jalan saat lampu
rambu-rambu masih merah.
Semakin
ke sini semakin banyak sekali orang di Pontianak ini yang suka
melanggar aturan. Penyebabnya macam-macam sih. Paling banyak menurut
saya karena melihat contoh di sekitar. Satu orang melanggar yang lain
jadi tertular dan ikutan melanggar sebab merasa rugi saat orang lain
melanggar dan dia tertib. Nggak usah ngomongin dosa atau pahala-lah
ya. Sayang nyawa nggak sih mereka itu?
Jangan-jangan
mereka bekal 33 nyawa selama mengendarai sepeda motor di jalan raya.
Pengendara yang mati karena kecelakaan berlalu-lintas banyak sekali
jumlahnya di Indonesia. Angka yang masih tinggi. Tanpa bisa
diprediksi umur berapa yang akan meninggal lebih dulu kalau sudah
berkaitan dengan lakalantas ini. Kapan ya kita akan melihat Indonesia
ini punya masyarakat yang lebih tertib. Setidaknya banyak yang lebih
tertib dibandingkan yang masih suka melanggar aturan. Tak dapat saya
bayangkan bagaimana nantinya saya harus mengajari anak saya untuk
tertib di jalan saat mereka setiap hari melihat banyak orang terus
melanggar aturan.
Kita
adalah contoh bagi anak-anak kita. Sekarang kita dengan mudahnya
menyepelekan aturan yang ada di jalan raya, tunggu waktunya anak kita
yang menjadi pengendara. Apa yang akan mereka lakukan jika terbiasa
diajari orang tuanya untuk tidak tertib. Mereka belajar dari contoh.
Kita adalah teladan bagi mereka. Bisa jadi teladan yang baik bisa
pula menjadi teladan paling buruk yang pernah mereka punya.
Menyedihkan bukan?
Guru
kencing berdiri, murid kencing berlari.
Negara
kita tidak akan maju jika kita terus punya mental seperti ini. Egois
dan tak peduli dengan orang lain. Jangan sibuk menyalahkan pemerintah
yang membuat Indonesia lebih buruk jika kita sendiri masih suka
membuang sampah sembarang. Masih menorobos lampu merah di jalan.
Bahkan suka merokok di depan orang lain tanpa ada rasa malu padahal
sudah mengganggu kenyamanan orang lain untuk bernapas.
Nah
rokok ini juga satu masalah yang cukup besar jika dilakukan sambil
berkendara. Banyak sekali perokok aktif yang suka merokok sambil bawa
motor. Ini juga sangat mengherankan. Apa nikmatnya mereka merokok
dengan banyak angin seperti itu? Bukannya malah lebih banyak angin
yang meniup rokoknya dibandingkan mereka menghisapnya? Terus orang
yang di belakang bisa jadi akan kena percikan apinya dari rokok
tersebut.
Ah
macam-macam saja yang terjadi di Pontianak ini. Melalui tulisan ini
saya hanya ingin mengetuk hati teman-teman yang setiap hari
berkendara, yuk kita lebih tertib. Bukan hal yang sulit untuk
dilakukan asal kita punya kemauan untuk melakukannya.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).