Jawai, orang sering salah mendengarnya sebagai Jawa. Nggak heran sih soalnya Jawai bukan tempat terkenal seperti Hawaii. Tapi meskipun demikian, di sanalah saya dilahirkan dan dibesarkan. Sampai akhirnya saya mendewasa di Pontianak. Sepuluh tahun sudah saya berada di Kota Khatulistiwa ini. Eh iya sebagai catatan, di sini nggak sepanas yang dibayangkan banyak orang kok. Malah masih panas NTT kata adik saya yang sempat tinggal di sana selama setahun.
Rindu sekali saya ingin pulang. Makan makanan yang biasanya saya makan di sana. Saya juga rindu sekali dengan masakan Uwan saya. Padahal dulu saya bisa makan masakannya setiap hari. Nggak pernah terpikir bahwa setelah dewasa saya tak bisa makan masakannya setiap hari. Rindu sekali...
Bertahun-tahun berlalu, sebenarnya tak banyak yang berubah dari Jawai. Jalannya tak begitu mulus dan tak begitu lebar. Tapi dibandingkan waktu saya masih kecil, sudah lumayan. Sekarang angkutan umum jarang lewat. Nggak kayak dulu, angkutan umum selalu sesak oleh penumpang. Sekarang orang lebih suka kredit sepeda motor dibanding naik oto. Sejenis oplet.
Dulu saya selalu ingin menjadi orang besar. Besar maksudnya dewasa. Bisa melalukan semua yang saya mau tanpa perlu tanya orang tua. Sekarang saya malah rindu masa kecil saya. Ketika Aki masih ada di dunia ini. Uwan masih cukup kuat untuk memarahi saya dan mengejar saya yang nggak mau pulang dan mandi.
Entah kapan saya punya kesempatan untuk kembali dan mengenang masa-masa saya masih diri saya yang dulu. Menemui orang-orang yang mengenal saya sejak kecil. Mereka sudah menua bersama Jawai, di sana. Saya titipkan rindu saya untuk Jawai.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).