Saya
merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini punya 'Umak'
seperti ibu saya yang sekarang. Nggak pengen diganti dengan ibu yang
lain karena ibu yang ini adalah yang terbaik buat saya. Walaupun dia
punya banyak sekali perbedaan dengan ibu pada umumnya. Dia bukan
tipikal ibu yang akan menelpon anaknya yang jauh darinya sesering
mungkin, tapi dia selalu berusaha menjadi jalan keluar untuk setiap
masalah anaknya. Orang tua memang selalu bisa mengorbankan apa saja
demi anaknya. Asalkan anaknya bahagia dan senang hidupnya. Seisi
dunia pun rela dia berikan jika memang mampu dia persembahkan.
Hari
ini dia bercerita panjang mengenai tanaman yang dia rawat di sekolah
tempat dia mengajar. Harus saya akui ibu saya ini memang orang yang
sangat suka sekali membudidayakan bibit tanaman. Entah itu cabai atau
sejenis sayuran. Sampai-sampai sering sekali dia memanennya di
sekolah. Murid-muridnya juga ikut membantu bahkan Umak saya bilang
sampai ada murid yang mentraktirnya minum es karena melihatnya sibuk
mengurus tanaman.
Umak
memang pribadi yang gampang sekali disukai banyak orang. Dia bukan
Umak yang sempurna tapi dialah perempuan terkeren yang saya kenal di
dunia ini. Dia tidak banyak bepergian. Menetap di desa yang sekarang
menjadi 'rumah' untuknya. Ingin sekali mengajaknya keliling dunia ini
bersama-sama. Melihat dunia lebih dekat dan lebih nyata. Terutama
tanah suci. Ingin sekali mampu membawanya ke sana. Suatu hari nanti.
Setidaknya 10 tahun lagi.
Semakin
saya dewasa dan sekarang sudah menjadi seorang Umak juga, saya baru
sadar betapa saya dulunya tidak memahami ibu saya. Betapa banyak
bagian yang harusnya bisa saya isi dengan hal-hal yang menyenangkan
untuknya. Seandainya bisa kembali ke masa itu. Ke masa-masa saat saya
duduk di palang pintu sambil mengenakan celana super pendek kesukaan
saya. Saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ingin
sekali bisa berkumpul bersamanya lagi. Tak peduli jika sesekali dia
akan memukul atau mengomel. Tidak apa. Asalkan bisa punya banyak
kesempatan bersamanya. Menunjukkan betapa saya menyayanginya.
Entah
kapan bisa berkumpul lagi. Saya benar-benar rindu bisa seperti dulu.
Melihatnya setiap hari. Mendengar suaranya juga setiap pulang
sekolah. Tidak hanya lewat telpon yang hanya bisa mendengar suaranya.
Dia yang jauh di sana dan menua di sekolah tempat dia membagikan
ilmu-ilmunya.
Follow @honeylizious
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).