Sebut
saja saya demikian. Sebab kehidupan saya bisa berjalan hingga titik
yang sekarang tak lain dan tak bukan karena mimpi-mimpi yang terus
saya pegang. Semakin dewasa semakin banyak ternyata impian yang ingin
saya raih. Apalagi sekarang sudah menjadi seorang ibu. Bertambah lagi
mimpi-mimpi yang ingin saya jadikan kenyataan.
Indahnya
menjadi seorang ibu baru bisa saya rasakan ketika telah mengandung
selama 9 bulan dan mengeluarkannya dengan penuh perjuangan.
Benar-benar indah. Pertama kali bisa melihat wajahnya dan akhirnya
bisa mendengar suara tangisannya. Merdu. Merdu sekali. Apalagi dia
lahir dalam keadaan sempurna. Alhamdulillah. Benar-benar anugerah
yang tak akan tergantikan dengan ibadah sebanyak apa pun di dunia
ini.
Melihat
orang-orang yang tak memiliki mimpi yang besar, rasanya benar-benar
disayangkan. Hidup mengalir saja seperti air yang mengikuti tempat
yang lebih rendah. Begitu saja. Tidak inginkan dia melakukan sesuatu
yang bermanfaat bukan hanya untuk dirinya tetapi untuk orang lain dan
semua itu bisa terus bermanfaat walaupun dia sudah menutup mata pada
akhirnya.
Entahlah...
Perbedaan
cara bermimpi tentunya akan membuat cara kita bersikap di dunia ini
akan berbeda. Sangat berbeda satu sama lain.
Saya
punya banyak mimpi. Setelah satu mimpi terwujud, masih ada mimpi lain
lagi yang ingin saya wujudkan. Mimpi yang terus bertambah bukannya
berkurang meskipun mimpi demi mimpi itu menjadi kenyataan.
Mimpi
itu seperti benih. Saat kita tabur, dia mulai tumbuh. Buahnya
menghasilkan benih lagi yang menumbuhkan lebih banyak tanaman lagi.
Begitu akhirnya sampai dunia ini penuh dengan benih, bunga, dan buah
yang tak ada habisnya.