Hari
ini banyak sekolah yang akhirnya diliburkan. Karena kondisi Kota
Pontianak khususnya sudah tak memungkinkan untuk beraktivitas terlalu
banyak di luar rumah. Jangankan di luar rumah, di dalam rumah saja
rasanya sudah penuh asap. Benar-benar banyak sekali asap yang muncul
dan terhirup. Saya sendiri juga sesak napas, pilek, dan tenggorokan
rasanya kering sekali. Kalau di Pontianak tidak segera turun hujan
entah bagaimana selanjutnya kondisi kota ini. Di mana-mana kabut asap
mengganggu penglihatan banyak orang.
Berkendara
juga harus sangat hati-hati sebab jarak pandang ikut terbatas dengan
adanya kabut asap ini. Entah ABA akan ikut diliburkan atau tidak
nantinya sebab beberapa hari lagi jadwal kuliah akan segera dimulai.
Satu
hal yang paling saya khawatirkan hanya kondisi anak saya. Saya takut
dia batuk, pilek, seperti sebelumnya yang pernah dia alami dan mau
tak mau minum obat karena khawatir kondisinya semakin memburuk.
Kondisi udara yang sekarang ini juga kadang membuat dia susah untuk
bernapas dengan lega.
Menyebalkan
sih karena ini bukan bencana alam. Ini ulah tangan manusia sendiri
yang membakar hutan. Hanya karena ulah sebagian orang yang
mendapatkan akibatnya seluruh masyarakat yang berada di lokasi yang
sama. Padahal kita tidak mendapatkan keuntungan dari pembakaran hutan
besar-besaran ini.
Banyak
orang yang sudah dibutakan matanya oleh uang. Segala-galanya diukur
dengan uang. Itu sebabnya koruptor di Indonesia ini bukannya
berkurang, malah semakin bertambah banyak. Semuanya demi uang.
Lagi-lagi uang. Tuhan banyak orang sekarang adalah uang. Tak peduli
dengan kerusakan yang dilakukan asalkan mendapatkan uang yang banyak
dalam waktu singkat. Padahal masih banyak sekali cara yang bisa
dilakukan untuk mendapatkan uang tanpa perlu menghanguskan hutan.
Saya
ingat betul berita yang mengabarkan tentang seorang pemadam kebakaran
yang meninggal dunia saat sedang bertugas memadamkan api di sebuah
hutan di negaranya. Di negara kita jangankan untuk memadamkan
kebakaran hutan, kitalah yang menyulut api untuk membakarnya. Supaya
hutan bisa cepat ditanami tanaman yang menghasilkan uang.
Gara-gara
uang, banyak orang menjadi pendek akalnya. Menjadi tak berpikir
mengenai akibat jangka panjangnya. Seberapa banyak orang yang
akhirnya menderita infeksi saluran pernapasan tingkat akut gara-gara
pembakaran hutan ini?
Sampai
kapan kita harus menjadi korban asap seperti ini?