Musim
batu sepertinya tidak sehangat beberapa bulan yang lalu ya. Entah
saya yang tak mengikuti perkembangan perbatuan di negeri ini atau
memang sudah seperti itu keadaannya. Saya sih memang tak begitu paham
soal batu mulia kecuali batu mulia seperti berlian. Batu lainnya mah
buat saya batu biasa aja. Untungnya suami saya nggak ikut-ikutan suka
mampir ke tempat penjualan batu mulia. Bahkan cincin yang ada batunya
hadiah dari abah juga tersimpan di laci tak dikenakannya.
Dia
memang bukan orang yang cukup percaya diri untuk pakai perhiasan
apalagi yang batunya besar begitu.
Ngomongin
soal batu sebenarnya saya sudah lama sekali ingin menuliskan tentang
batu yang satu ini. Bukan batu bacan yang sangat tersohor itu
sampai-sampai banyak yang membuat tiruannya. Modal beberapa puluh
ribu saja sudah bisa mendapatkan untung jutaan rupiah. Benar-benar
bisnis yang menjanjikan buat sebagian penipu ulung yang ikut masuk ke
pasar perbatuan.
Batu
ini memang bukan berlian tapi saya suka sekali melihat baru ini.
Apalagi batu ini berasal dari daerah saya. Kabupaten Sambas. Di Desa
Sempalai, ada batu kecubung yang terbilang cantik di mata saya. Saya
tak paham benar soal batu tapi sekali lihat saja saya langsung suka
sekali dengan batu kecubung sempalai ini. Apalagi batunya yang jernih
bisa memperlihatkan apa yang ada di dalam batu tersebut.
Teman
saya punya cincin batu kecubung sempalai ini. Memang menarik
bentuknya. Bahkan saya pernah liat batu kecubung yang bermotif
karang. Seperti ada di bawah laut motifnya. Ada juga yang seperti ada
serat atau rambut putih.
Kalau
saya masuk ke dunia bisnis perbatuan ini saya rasa saya lebih
tertarik menjual batu kecubung Sempalai ini. Setidaknya mengangkat
daerah asal saya dilahirkan, Kabupaten Sambas. Apalagi tak sedikit
orang yang bisa kaya dengan bisnis batu. Kalau punya banyak batu
mulia yang langka tentunya akan sangat bagus untuk membuka
perlelangan dan mendapatkan harga yang paling tinggi.
Walaupun
kadang saya nggak habis pikir dengan orang yang rela menukar mobilnya
dengan sebuah batu cincin yang ukurannya tak lebih dari ukuran jempol
orang dewasa. Tapi itulah musim. Biasanya di Pontianak hanya ada
musim hujan, musim kemarau, sempat musim batu, sekarang yang paling
awet adalah musim asap. Banyak sekali orang yang terganggu
pernapasannya karena tebalnya asap yang ada.