Kayaknya
banyak nih yang punya pengalaman sama dengan saya. Setelah menikah
beberapa lama ternyata cincin kawin nggak muat lagi. Akhirnya
dimuseumkan deh karena tentunya sayang mau ditukar dengan cincin yang
lain. Ada kenangan di dalam cincin tersebut yang rasanya sulit untuk
digantikan dengan cincin mana pun yang ada di dunia ini. Begitu juga
dengan saya. Cincin kawin sudah nggak muat padahal belum dua tahun
menikahnya. Baru punya anak bayi satu dan ukuran cincin saya sudah
berubah jauh? Rasanya sih nggak gendut-gendut banget setelah
melahirkan. Soalnya anak saya minumnya ASI. Otomatis tubuh saya cepat
banget turun beratnya.
Cincin
kawin saya sempat teronggok beberapa lama di dalam laci karena memang
tak muat untuk dipake. Eh sekarang sedang saya kenakan lagi lho.
Karena memang sekarang sudah muat lagi. Cincin kawin saya yang ukuran
sebelumnya 11 sekarang sudah saya jadikan ukuran 13. Padahal ukuran
jari saya sebelum menikah itu 9, saya minta dibuatkan cincin ukuran
11 supaya saat tubuh melar, cincin masih bisa dikenakan, ternyata
saya salah. Cincin tersebut tetap saja tak muat.
Saran
saya sih buat yang akan melangsungkan pernikahan, tak ada salahnya
memesan cincin yang bisa diubah ukurannya secara manual. Bukan
seperti saya yang meleburkan cincin kawin saya dan mengubah ukurannya
ke dua angka yang lebih besar. Sekarang pas banget di jari. Jadi agak
menyesal tidak meminta angka 14 atau 15 saja supaya saat agak sempit
cincinnya nggak perlu dilebur lagi. Lucu aja kan kalau tiap dua tahun
yang saya lakukan adalah melebur cincin kawin.
Sisi
positifnya adalah cincin kawin saya terlihat sangat mengkilat dan
seperti cincin baru. Karena proses peleburan dan penambahan ukurannya
tersebut. Kelamaan nggak pake cincin sekarang rasanya agak aneh pake
cincin lagi. Maklum saya bukanlah orang yang suka mengenakan
perhiasan. Makanya semua perhiasan yang saya punya saya simpan saja.
Satu-satunya yang saya kenakan ya cincin kawin ini. Disebabkan ini
'cincin kawin'. Itu saja. Bukan karena saya suka pake cincin. Malah
kalau perlu saya nggak usah make perhiasan aja. Lebih bebas rasanya.
Makanya
saya agak aneh aja melihat orang yang suka mengenakan perhiasan
sedemikian banyaknya. Mau asli apa palsu pokoknya sudah mirip toko
emas berjalan. Apalagi kalau dalam acara arisan keluarga atau
lebaran. Dapat dipastikan kita akan banyak sekali menemukan orang
yang semacam ini. Apa mereka tidak takut ya menjadi korban tindak
kejahatan karena terlalu banyak mengenakan perhiasan?