Kepada
cinta yang tak sempat terucap. Kepada tangan yang tak sempat
kugenggam. Kepada mata yang tak lagi bisa kutatap. Merindukah dirimu
di sana. Apakah yang kamu rasa adalah sama? Atau ini hanya sebentuk
luka yang semakin mengering. Luka yang ada tanpa keluhan derita?
Karena cinta itu terlalu menggebu di antara deru jantung yang
menggebu.
Iya
kamu!
Suatu
hari. Ingin rasanya bertemu kembali dan mengatakan. Aku sangat
mencintaimu. Terima kasih untuk semua rasa jatuh cinta yang hingga
sekarang pun masih membara.
Tentang
kamu!
Casanova
yang terpuja, membuncahkan banyak aroma cinta. Entah bagaimana
menyatakannya. Kepada kamu yang sebenarnya sudah tahu tapi menutup
bibir dengan senyuman menggoda. Membalang rindu ini padamu. Ingin
menghentikan waktu ke kala itu. Kala senyum kita bertemu. Saat mata
kita masih saling mengunci.
Kamu,
Kanda!
Masih
ingatkah kamu? Perindu yang kamu tanam sekarang masih terus kujaga.
Bukan untuk meminta buahnya. Rumit. Tak bisa kuterangkan dengan
seribu purnama. Karena kamu lelaki bersayapkan embun yang terbang
rendah menuju taman bunga hatiku yang tandus, kala itu. Tetesan embun
yang kamu bawa menghidupkan hatiku yang kering, beku serupa tanah
kosong yang tak lagi diinginkan sang petani.
Dirimu
itu!
Membuat
ketidakwarasanku bertambah. Antara gila dan jatuh cinta rasanya
serupa saja. Sebab kamu ada di dalamnya. Aku rindu. Itu saja. Dadaku
sesak, penuh oleh buih-buih rindu yang tak akan lama hilang lalu
muncul kembali memenuhi anak sungai di dalam hatiku.
Penyebabnya
kamu!
Kan
kutagih janji pertemuan itu suatu hari nanti. Entah saat kita sudah
menua dan menertawakan masa-masa kemarin itu dengan gusi yang sudah
tak lagi ditumbuhi gigi-gigi. Waktu rambutmu tak lagi sehitam
sekarang yang membuatku iri karena indahnya.
Rinduku,
kamu!
Barangkali
buatmu aku adalah sebuah buku cerita yang terbuka lebar. Kamu tinggal
membacaku di halaman mana saja yang kamu suka lalu menutupnya saat
kamu pergi. Tapi kamu lupa, hatiku terbuka terlampau lebar saat itu
untukmu. Kemudian aku lupa menutupnya kembali dan membiarkan ada
lubang rindu yang menganga di sana. Karena buluh perinduku, kamu.