Inilah dia Mahakarya Indonesia yang ada di Pontianak, Meriam Karbit. Setiap
tahun, ketika bulan Ramadhan tiba dapat dipastikan akan banyak sekali
masyarakat Pontianak yang membuat meriam karbit. Terutama penduduk
yang tinggal di dekat Sungai Kapuas yang membentang di Kalimantan
Barat. Setiap tahunnya di Pontianak memang banyak orang yang akan
membunyikan meriam karbit di pinggiran sungai, terutama di malam
lebaran. Suaranya akan saling bersahut-sahutan dari pinggiran yang
satu ke pinggiran yang lainnya. Saling beradu siapa yang mampu
membunyikan meriam paling nyaring.
Sebenarnya
meriam karbit ini dulunya digunakan oleh Sultan Syarif Abdurachman
Al-Qadrie, untuk mengusir hantu pontianak atau kuntilanak yang kerap
mengganggu. Bukan bagian dari perayaan hari besar seperti puasa dan
lebaran. Nama Kota Pontianak sendiri berasal dari nama hantu yang
berasal diusir oleh Sultan Syarif Abdurachmna Al-Qadrie sebelum
akhirnya mendirikan kesultanan di kota tersebut.
Gangguan
mahluk halus tersebut akhirnya bisa disingkirkan dengan menggunakan
meriam karbit. Dahulunya meriam karbit dibuat menggunakan batang
kelapa atau pinang. Seiring perkembangan waktu banyak orang yang
membuatnya dari batang kayu yang besar sehingga bunyi yang dihasilkan
juga akan semakin menggelegar.
Membuat
meriam karbit yang besar dan yang bisa menghasilkan suara yang besar
dibutuhkan proses dan waktu yang cukup panjang. Apalagi sekarang ini
tak mudah mendapatkan batang kayu yang besar. Kayu yang sedianya akan
dibuat meriam karbit biasanya akan direndam terlebih dahulu di dalam
lumpur yang ada Sungai Kapuas. Tujuannya untuk membunuh serangga yang
bisa merusak kayu yang akan dibuat menjadi meriam karbit tersebut.
Kesabaran pembuatnya untuk menunggu batang kayu tersebut benar-benar
siap akan dipertaruhkan untuk mendapatkan batang kayu yang bisa
menjadi meriam yang baik.
Saat
membuat meriam karbit ini juga tak bisa dilakukan sendirian. Beberapa
orang dibutuhkan dalam proses pembuatannya apalagi jika batang kayu
yang digunakan sangat besar. Akan diperlukan lebih banyak orang lagi
untuk mengangkatnya. Masyarakat saling bergotong-royong dari awal
pengambilan kayu sampai akhirnya meriam karbit tersebut selesai
dibuat. Karena satu orang saja tak akan mampu untuk membuat sebuah
meriam karbit. Apalagi untuk membuat meriam karbit juga harus ada
orang yang pintar memahat bagian dalam batang kayu tersebut sebelum
akhirnya sebuah meriam karbit siap untuk digunakan.
Perang
meriam karbit yang diadakan di tepian Sungai Kapuas selalu menjadi
objek wisata yang menarik buat banyak orang, lokal maupun asing.
Walaupun sekarang ini hantu kuntilanak tak lagi mengganggu di daratan
tetapi tradisi membunyikan meriam karbit terus dilestarikan oleh
masyarakat Pontianak sebagai bagian dari tradisi dan budayanya.
Mahakarya Indonesia yang semoga akan terus lestari.