Sebelum
anak saya lahir saya seringkali membayangkan bahwa suatu hari nanti
saya akan menggendongnya sambil mengetik untuk mengisi tulisan di
blog ini. Pernah sih akhirnya terjadi tapi ternyata tak semudah yang
saya bayangkan. Memikirkan dia akan terbangun atau saya membuat
posisinya saat digendong menjadi tak nyaman pada akhirnya menjadikan
saya menyerah. Saya pikir saya tak bisa melakukan kedua hal tersebut
secara bersamaan.
Kalau
hal yang lain masih bisa dilakukan secara multitasking. Tapi soal
menjaga anak memang harus diutamakan dan dilakukan dengan sangat
benar. Kemudian kalau saya harus memilih apakah saya harus
mendahulukan ngeblog atau anak, ya naluri semua ibu di dunia ini saya
rasa sama saja. Tentunya semua perempuan yang memiliki anak akan
mengatakan hal yang serupa. Bahwa mereka akan mendahulukan anaknya.
Begitu juga saya.
Walaupun
setiap kali memandang wajah anak saya, saya suka bertanya-tanya.
Apakah saya mampu membahagiakannya sampai dia dewasa kelak? Apakah
dia akan senang menjadi anak saya (dan suami)? Apakah dia akan
menyayangi saya seperti saya menyayanginya dengan segenap jiwa dan
raga? Menyenangkan memang memiliki momongan tapi pikiran-pikiran
yang menghantui sedemikian banyaknya.
Barangkali
karena dia masih bayi dan belum bisa berinteraksi secara langsung
dengan saya menggunakan kata-kata kali ya? Saya jadi menebak-nebak
apa yang dia pikirkan setahun dua tahun dari sekarang sampai dia
dewasa nanti. Harapan saya sih dia membaca semua tulisan di blog ini
kelak dan mengetahui betapa dalamnya saya mencintainya. Bahkan sejak
dia masih berupa gambar seperti anak ikan di dalam perut saya.
Sekarang
dia benar-benar ada di antara kami. Walaupun banyak hal yang kemudian
dikorbankan. Seperti tak bisa tidur nyenyak dan nyaman seperti dulu.
Tidak nyenyak karena tiap dua jam sekali dia bangun untuk menyusu.
Belum lagi posisi tidur saya yang memang kurang nyaman, sebab harus
miring sesuai posisi mulut bayi yang bisa mengisap ASI dari saya.
Kalau sepanjang malam miring, bangun-bangun ada bagian tubuh saya
yang rasanya kaku dan sakit. Salah urat saya juga sampai sekarang
belum sembuh meskipun sudah lumayan berkurang semenjak Umak
mengurutnya beberapa waktu lalu.