Rabu
adalah hari terakhir jadwal ujian tengah semester genap kuliah saya
di ABA. Semoga saya tak perlu mengikuti ujian susulan karena harus
melahirkan. Sampai sekarang saya masih belum mengambil cuti. Belum
kontraksi belum cuti istilah sederhananya. Sebab saya rasa sayang
saja harus menunda ujian tanpa tahu pasti juga kapan lahiran.
Walaupun sebenarnya panggul saya semakin nyeri akhir-akhir ini.
Bahkan hari ini saya rasanya sudah tak sanggup menahan sakitnya
bangun dari tempat tidur. Pengennya sih cepat melahirkan supaya semua
rasa sakit ini mereda. Tapi mikirin mid yang tinggal 3 hari ini,
tinggal 4 mata kuliah lagi selesai, sayang juga untuk dilewatkan.
Rencananya
habis mid baru saya libur menunggu hari kelahiran sang jabang bayi.
Kekurangan absen bisa diganti dengan nanti dengan tugas atau
semacamnyalah, bergantung kebijakan dosen seperti apa. Perut sih
sudah seperti mau pecah. Bahkan sundulan di panggul semakin kuat dan
itu rasanya minta ampun, sakit sekali.
Tak
terbayangkan dulu waktu saya yang berada di dalam kandungan seperti
apa membuat sakitnya perut Umak. Namun entah mengapa sulit sekali
bagi saya untuk mengatakan tentang perasaan saya, tentang rasa terima
kasih saya pada beliau yang telah membuat saya ada di dunia ini.
Seorang perempuan paling hebat dengan semua kekurangan dan
kelebihannya.
Anak
laki-laki pertama saya ini akan menjadi cucunya. Anak yang akan
membuat dia menjadi seorang nenek pada akhirnya setelah sekian lama
membesarkan kami semua. Saya bertanya-tanya sebenarnya bagaimana
perasaannya mengenai statusnya yang akan bertambah menjadi seorang
nenek. Dia tidak begitu ekspresif seperti saya yang bisa
mengungkapkan kegembiraan dan kesedihan dengan sangat jelas. Dia juga
tak sering menghubungi saya selama saya kuliah di Pontianak hingga
akhirnya menikah dan akan segera punya anak.