Sejak
kecil di rumah saya sering sekali menonton film Bollywood bersama
Uwan dan tetangga terdekat. Biasanya memang tetangga dekat rumah Uwan
senang mampir ke rumah saat film Bollywood di tayangkan. Waktu itu
saya malah belum sekolah SD. Setiap akhir pekan memang selalu ada
film Bollywood yang tayang di TV 2 dan TV 3. Di Jawai, kampung saya,
memang siaran dari negara tetangga yang bisa ditangkap dengan antena
biasa. Paling beruntung bisa mendapatkan TVRI itu pun dengan tampilan
yang sama sekali sulit untuk ditonton. Berbeda dengan siaran dari TV
1, TV 2, dan TV 3. Itu sebabnya saya sudah terbiasa sekali dengan
bahasa Melayu Malaysia dan juga film yang ditayang di negara mereka.
Banyak
sekali film serial luar negeri yang saya tonton waktu itu. Mulai dari
opera sabun telenovela, sitkom, sampai film serial remaja. Semuanya
melekat di dalam kepala saya dnegan sangat baik. Waktu masih di sana
saya tak pernah kesulitan menemukan film yang enak untuk ditonton.
Berbeda sekali dengan pertelevisian Indonesia. Kadang saya bingung
harus menonton siaran dari televisi yang mana, setidaknya yang tak
begitu buruk. Ujung-ujungnya saya membuka televisi lokal yang
menayangkan orang mengaji atau salat. Habis rasanya tak ada tayangkan
yang bisa ditonton dengan perasaan tenang.
Memang
sudah saatnya berpindah ke TV kabel dan menikmati film yang jauh
lebih berkualitas dari tayangan yang ada di frekuensi publik negeri
ini.
Nah
sebenarnya saya teringat waktu kecil saya beranggapan bahwa tanda
yang ada di dahi wanita India itu warnanya hitam. Gara-garanya
televisi yang kami gunakan untuk menonton pada masa itu memang yang
hitam putih. Tak jelas warna apa sebenarnya yang ada di dalam
televisi tersebut. Sehingga ketika mampir ke rumah tetangga yang
punya televisi warna rasanya sudah merupakan sebuah kemewahan.
Setelah bertahun-tahun menonton menggunakan televisi hitam putih saya
baru sadar bahwa tanda bulat yang di pasang di dahi wanita India itu
warnanya merah. Hahahaha.... saya lupa dengan televisi di rumah yang
hitam putih.