Satu hal yang ingin sekali saya sampaikan pada janin yang saya kandung ini bahwa dia punya banyak sekali orang baik di sekitarnya. Terutama dua neneknya. Nenek (ibu mertua saya) dan juga Nini-nya (Umak saya). Mereka adalah perempuan-perempuan tangguh yang membuat kedua orang tuanya menjadi seperti sekarang ini. Kamu nak, tak akan menemukan nenek sebaik mereka di dunia ini.
Di keluarga saya sendiri, janin ini akan menjadi cucu dan cicit pertama. Berbanding terbalik di keluarga suami. Sudah banyak cucu dan cicit di sini. Bahkan dapat dikatakan bahwa anak saya akan menjadi angkatan cucu dan cicit bungsu.
Sebentar lagi acara nujuh bulanan kandungan saya yang sebenarnya cukup membingungkan hitungannya. Sebab hitungan bidan dan dokter kandungan berbeda. Apalagi prakiraan lahirannya yang selalu bergeser. Satu hal yang jelas, bagian-bagian tubuh bawah saya juga sudah banyak yang bergeser terutama di bagian kanan. Sepertinya memang bayinya senang sekali berada di sebelah kanan. Jadi kaki kanan saya suka ngilu kalau digerakkan. Perut kanan juga lebih sering dihuni si jabang bayi.
Cincin kawin yang saya kenakan masih muat sih sebenarnya tapi apakah harus dilepas saja? Khawatir nanti tak bisa dilepas ketika sudah mendekati masa-masa lahiran. Padahal cincinnya sudah dinaikkan beberapa angka dari ukuran jari saya yang sebenarnya.
Bulan ini dua keluarga kami akan berkumpul lagi untuk acara nujuh bulanan. Setelah pertemuan besar pernikahan tahun 2013 lalu. Sedemikian cepat waktu berlalu. Beberapa bulan lagi kami genap 2tahun menikah. Usia pun tak lagi muda. Kehadiran bayi ini tentu akan menjadi penyemangat kami berdua. Mengikat segalanya lebih erat lagi.
Dulu, waktu awal-awal ngeblog saya suka menulis surat pada calon anak saya nanti. Tanpa tahu bahwa saya akan mengandungnya sekarang. Ternyata beda sekali rasanya. Bukan seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Perasaan saya lebih bercampur aduk. Banyak hal yang sulit untuk digambarkan. Kadang saya menangis karena bahagia memiliki suami dan janin yang saya kandung ini. Betapa beruntungnya saya dibandingkan banyak orang di luar sana.
Jangankan untuk punya anak. Banyak pula orang yang masih kesulitan menemukan jodoh yang tepat untuk dirinya. Berkutat dengan pertanyaan 'kapan aku nikah?'. Saya juga pernah punya pertanyaan itu beberapa tahun lalu. Padahal inginnya menikah saat usia di bawah 25 tahun. Namun pada akhirnya saya menikah usia 27 tahun.
Sedikit terlambat dari target. Tapi harus tetap disyukuri karena suami yang saya dapatkan jauh lebih baik dari yang saya bayangkan. Terlalu baik rasanya dari yang saya harapkan. Kadang saya sedih melihat wajah suami. Sedih karena dia telah menjadi suami yang baik berbeda dengan saya yang rasanya belum benar-benar menjadi istri sepenuhnya. Bagian terbaik lainnya adalah dia tetap sabar menghadapi saya.
Apalagi saat mengandung seperti ini. Segala permintaan saya yang saya tahu betul sedikit menyusahkannya. Tak kenal waktu kalau sudah dilanda lapar atau susah tidur kala malam hari.