Ini
adalah sebuah puisi yang sebenarnya muncul begitu saja di kepala
saya. Mengenai koruptor-koruptor yang ada di negeri ini. Gerah.
Menonton berita sedemikian banyak tikus-tikus berdasi yang muncul
lagi. Tertangkap lagi. KPK memang patut diacungi jempol dengan semua
kinerjanya. Walaupun belum semua yang tertangkap. Berikut puisinya.
Apa kabar begundal-begundal negeri ini?
Sudah cukupkah tanganmu mencuri?
Mengambil tetesan darah rakyat tanpa henti?
Masih banggakah kau dengan leher yang berdasi?
Benih-benih jadahmu kau cecerkan di sepanjang tanah pertiwi
Menanamkan penerusmu untuk menghisap inti sari bumi
Apa kabar tikus-tikus berijazah?
Belum cukupkah perut buncitmu engkau isi?
Mencengkeram erat leher manusia papa demi nafsumu sendiri
Tangis bayi tak mampu menghentikan langkahmu
Melahap dunia yang membesarkanmu
Padahal engkau tahu betul, uang haram yang dicuri itu tak membuatmu bahagia di hadapan-Nya
Siapkah kau bertemankan Iblis untuk selamanya di jahanam sana?
Tak
perlu dikritisi atau dikaji puisinya. Sebab saya yakin, semua akan
sangat mudah memahaminya. Saya bukanlah pembuat puisi ulung. Bahkan
jarang sekali membuat puisi. Saya hanya membuat puisi ketika saya
gelisah. Resah dengan keadaan yang ada di dunia ini. Meskipun
nantinya saya akan sejenak melupakan itu semua. Saat anak saya
menangis minta disusui atau ketika saya terlelap ke alam mimpi.
Barangkali memang demikian adanya. Kenyataan yang ada di dunia ini.
Semoga saja setiap usaha kecil kita untuk memberantas korupsi dengan
segala keterbatasan yang kita punya akan ada hasilnya.