Dulu sekali, petai bukanlah makanan yang saya suka. Bahkan sebelum mencobanya saya sudah menolak untuk memakannya. Sampai akhirnya ada petai cina di rumah. Petai yang baunya tidak semengganggu petai biasa. Petai cina-lah yang pertama kali saya coba. Rasanya sih kurang lebih sama. Ukuran dan baunya saja yang berbeda. Gara-gara suka sama petai cina akhirnya saya mau mencoba petai yang biasa.
Ternyata petai biasa juga enak rasanya walaupun memang menimbulkan bau yang kurang sedap. Saat kita buang air dapat dipastikan kamar mandi akan berbau petai.
Paling sedap petai disajikan dengan udang dan cabai. Sambal goreng petai udang itu selalu enak buat saya. Walaupun sajian petai yang saya ingat sampai hari ini adalah sajian petai rebus yang sama makan bersama nasi hangat, sambal terasi, dan udang rebus dengan kulitnya. Itu adalah masakan Umak waktu saya masih SMP. Saya bisa mengingatnya karena saya sempat tinggal bersama Umak sebentar saat SMP sampai akhirnya pindah lagi ke rumah Uwan.
Satu hal yang tidak menyenangkan berkumpul bersama Umak dan Abah adalah saudara tertua saya yang suka menyiksa saudaranya karena rasa iri dan dengki akut di dalam hatinya.
Kembali lagi bicara soal petai rebus masakan Umak. Waktu itu Umak memasaknya dengan cara mengikis kulit luarnya dengan pisau dan memotong-motong petai tersebut dalam keadaan masih tertutup kulit luar yang sudah dikikis. Kemudian direbus. Ternyata petai tersebut bisa dimakan dengan kulit-kulitnya sekaligus. Sedap sekali. Apalagi udang rebus yang Umak masak dengan bumbu kunyit juga gurih.
Setiap orang di rumah hanya mendapatkan sedikit bagian udang rebus. Karena memang waktu itu kondisi keuangan keluarga sedikit ada masalah. Tapi saya bisa membagi udang itu untuk tiap suapan nasi. Umak merebusnya pasti karena udang yang dibeli tak banyak. Jika digoreng tak bisa dibagi berempat untuk dirinya, Abah, saya, dan adik perempuan saya. Waktu itu dua adik laki-laki saya memang belum lahir.
Hingga hari ini, sambal terasi yang menemani makan siang kami juga masih saya ingat. Kuah udang rebus itu pun masih bisa saya hirup aroma dan rasanya.
Ah saya rindu sekali dengan masakan Umak saya.
Beberapa hari yang lalu, kiriman Umak sampai di rumah. Di dalamnya ada petai padi. Petai yang enak sekali. Saya bisa makan lahap sekali beberapa hari ini hanya dengan membakar petai tersebut. Ya walaupun suami harus sedikit bersabar dengan aromanya yang harum mewangi. Besok mudah-mudahan bisa bikin sambal terasi untuk teman petai padinya. Supaya makannya tambah lahap.