Kamu
masuk ke sebuah ruangan yang letaknya berbeda dengan ruangan tempat
ayahku diinapkan. Aku mempercepat langkahku. Berharap segera
menemukan sebuah pengkhianatan. Aku berharap kamu akan memeluk
seorang perempuan di sana. Perempuan yang akan membuatku lebih yakin
lagi untuk pergi meninggalkanmu dan kehidupanmu.
Aku
menerobos masuk ke kamar yang kamu masuki. Langkahku yang tadinya
yakin sekarang terhenti. Bukan seorang perempuan yang aku temukan di
sana. Bukan pula sebuah pengkhianatan. Laki-laki yang terbaring di
sana sangat aku kenal. Itu wajah Nick. Walaupun lebih kurus dan
pucat. Kalau yang terbaring itu Nick, lalu kamu siapa?
Kita
bertatapan lama. Akhirnya kamu menarik napas panjang dan menarikku
lebih dekat ke laki-laki yang berbaring dengan mata tertutup rapat
itu. Di matamu tak ada lagi amarah. Sebuah kelegaan tergambar di
sana. Aku bingung.
“Dia
Nick. Aku Rick, adik kembarnya.”
Ucapanmu
sudah cukup menjelaskan semua perubahan drastis yang terjadi pada
Nick yang aku kenal. Kamu bukan Nick yang membuatku jatuh cinta
selama ini. Aku sebut aku orang yang sangat mencintai Nick tetapi
ternyata aku tak benar-benar mengenal laki-laki yang membuatku jatuh
cinta.
“Nick?”
Aku
menyentuh tangan laki-laki yang terbaring di ranjang. Kamu berdiri di
belakangku. Helaan napasmu terdengar berat.
“Dia
kecelakaan empat tahun lalu. Koma. Dia pernah bilang padaku dia punya
seorang kekasih yang sangat dicintai. Aku ingin menemuimu waktu itu
untuk mengatakan padamu kalau dia sedang terbaring di sini. Tapi
melihat wajahmu yang gembira waktu itu melihatku, menganggapku Nick.
Aku tak tega.”
“Selama
empat tahun ini kamu bersandiwara untuk Nick?”
“Awalnya
kulakukan untukmu dan untuk Nick. Aku berharap dia segera bangun dan
mengakhiri semua ini. Tapi hingga hari ini pun dia tak juga
terbangun. Sekarang aku bersandiwara karena aku jatuh cinta padamu,
Elana.”
Aku
melepaskan tangan Nick yang kupegang sejak tadi dan memutar tubuhku.
Menemukanmu di sana bersimbah air mata.