Aku
sudah sampai di parkiran dan aku benar mengenai kamu tak akan
menyusulku. Aku sudah tahu ini akan terjadi akhirnya. Pada akhirnya
kita akan berpisah. Aku pergi dari kehidupanmu karena semuanya sudah
tak sesuai dengan yang kita inginkan. Kamu selalu seperti itu.
Padahal aku percaya kamu orang yang akan terus aku cintai sampai
akhir dan meminangku. Menjadikan istrimu.
Ternyata
kamu berubah seiring waktu. Walaupun aku tahu memang akan banyak
perubahan yang akan terjadi di dalam kehidupan kita. Membuat kita
berbeda dari sebelumnya. Tapi setidaknya jangan seperti ini
berubahnya. Aku tak mau berpisah darimu. Apalagi sampai aku yang
pergi. Namun aku tak punya pilihan lagi. Orang tua jauh lebih
berharga dari perasaanku sendiri.
Aku
harus ke rumah sakit. Melihat keadaan ibuku yang pastinya sudah lelah
menghadapi keadaan yang mungkin akan merenggut orang yang paling dia
cintai di dunia ini. Ibu menikah dengan orang yang dia cintai. Aku
iri. Mobilku melaju. Rumah sakit tempat ayahku dirawat tak jauh dari
sini. Hanya butuh beberapa menit untuk tiba di sana. Aku memarkir
mobilku dan tak segera keluar. Aku ingin duduk dengan tenang di dalam
mobil ini. Meredakan amarahku yang sempat menggila menghadapi kamu.
Kamu
yang sudah kupilih untuk menjaga hatiku yang rapuh. Aku kecewa dan
kamu tahu aku memang sangat kecewa. Itu yang lebih membuatku kecewa
lagi. Aku menatap ke depan dan terkejut melihat mobil yang sangat aku
kenal. Mobilmu. Berharap kamu keluar dari mobil itu dengan seorang
perempuan agar aku punya alasan untuk membencimu. Agar kamu juga
punya alasan untuk menolak menikahiku. Ada yang lain dalam
kehidupanmu. Tapi aku salah. Kamu keluar sendiri.
Eh
bisa saja kamu datang ke sini untuk menjenguk perempuan itu bukan?
Aku membiarkanmu agak jauh sebelum keluar dari mobil. Mengikutimu
dari jarak yang lumayan jauh. Aku penasaran siapa yang kamu jenguk di
rumah sakit ini. Tak pernah sekalipun kamu bercerita tentang sahabat
dekat atau keluarga yang masuk rumah sakit. Lalu mengapa kamu datang
sendirian?
Aku
menggenggam smartphoneku erat-erat. Menahan diriku sendiri yang
rasanya ingin meledak saja.