Honeylizious.com
– Mattak di kampong sebenarnya adalah bahasa daerah di
kampung saya. Di Jawai yang menggunakan bahasa Melayu Sambas. Mattak
di kampong dapat diartikan sebagai berdiam diri di kampung. Alias
nganggur saja di desa. Tidak punya pekerjaan dan bisa juga dikatakan
luntang-lantung tak jelas.
Mattak
sendiri jika diartikan secara terpisah adalah kata yang sering
digunakan untuk anak-anak yang suka main di lumpur dan tak bergerak.
Itu mattak. Atau
kadang ada anak gadis yang tidak keluar-keluar dari rumah akan
disebut sedang mattak
di rumah. Jadi tidak melakukan apa-apa di suatu tempat memang identik
dengan mattak.
Paling
sering sih sebenarnya mendengar orang yang menyebut dirinya mattak
di kampong ketika tak keluar dari desa untuk bekerja. Banyak sih
dulunya orang bujangan yang ada di desa dan bertahun-tahun tak
bekerja setelah membawa banyak uang dari Malaysia. Di Jawai memang
banyak laki-laki yang memutuskan untuk menjadi TKI. Sebab banyak
pekerjaan di Malaysia yang bisa mereka lakukan tanpa bekal ijazah
pendidikan yang tinggi. Beda dengan di Indonesia.
Walaupun
pilihan pekerjaannya ujung-ujungnya adalah buruh kasar di perkebunan
atau bisa jadi asisten rumah tangga buat TKW-nya. Banyak juga
perempuan desa yang enggan mattak di kampong lalu nembak bikin
paspor. Berangkatlah ke negeri jiran. Maklum nilai ringgit yang lebih
tinggi dibandingkan rupiah memang lebih menjanjikan dibandingkan
mendapatkan penghasilan dalam bentuk rupiah. Apalagi mereka tidak
mengenyam pendidikan yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih layak di negera sendiri.
Banyak
tuh dulunya teman-teman sekolah dasar saya yang mengikuti orang
tuanya bekerja di Malaysia. Padahal mereka anak-anak di bawah umur
yang seharusnya sekolah dan bermain. Ujung-ujungnya mereka menikah
dan membina keluarga pulang dari Malaysia. Modalnya ya uang yang
mereka dapatkan di negeri tetangga sana.
Bagaimana?
Tertarik untuk mattak di kampong atau sebaliknya? Pilihan
masing-masing inginnya seperti apa. Setiap keputusan ada baik dan
buruknya. Siap dengan risikonya? Hadapi saja :)
Sebab
mattak di kampong juga pilihan. Bisa jadi dengan mattak di
kampong ada hal baik yang bisa kita lakukan untuk desa kita atau
kita malah menenggelamkan diri kita sendiri di sana.