Honeylizious.com
– Desa Matang Terap atau yang lebih sering disebut orang Matang
Suri khusus untuk lokasi yang berada di pasar. Kalau Matang yang
lebih jauh dari pasar baru disebut Matang Terap. Padahal di papan
toko jelas tertulis nama desanya sebagai Desa Matang Terap. Tapi
tetap saja disebut sebagai Matang Suri.
Di
Pasar Matang Suri yang paling dominan memang orang Tionghoa yang
membuka toko. Hampir semua toko milik orang Tionghoa. Termasuk di
pasar sayur. Apalagi pasar daging babi. Semuanya pasti orang
Tionghoa. Di Matang Suri memang ada pasar khusus menjual daging babi.
Berbeda dengan desa yang lain. Kebanyakan pedagang yang menjual
daging babi adalah pedagang keliling dari desa ke desa, bukan yang
membuka lapak seperti yang di Matang Suri.
Setiap
hari lapak daging babi ini selalu buka. Jarang sekali tutup. Setiap
harinya mereka memotong satu sampai dua ekor babi. Bahkan lebih. Soal
harga karena tak pernah membelinya saya kurang tahu. Banyak orang
Tionghoa yang datang ke pasar ini untuk membeli daging babi yang
bisa dijadikan lauk atau dibuat minyak babi. Yap! Pembuatan minyak
babi adalah dengan mengambil lemak pada daging babi yang saat
dipanaskan akan berubah menjadi minyak.
Di
Matang Suri ini pemilik ruko yang berada di pinggir jalan negara
hampir semuanya Tionghoa kecuali rumah kami. Sebab orang tua saya
membeli ruko milik seorang Tionghoa dan hingga sekarang menempatinya.
Bangunannya juga masih tak banyak berubah. Masih terlihat seperti
ruko orang Tionghoa pada umumnya. Rumah kami usianya sudah 42 tahun,
2014 nanti. Berdiri sejak tahun 1961. Bahkan lebih tua dari ibu saya.
Di
rumah ini saya belajar paling banyak mengenai bahasa Tionghoa karena
banyak anak tetangga yang seumuran dengan saya yang kurang lancar
bahasa melayu dan bahasa Indonesianya. Sehingga mau tak mau kami
berkomunikasi dalam bahasa Tionghoa. Di Jawai, mayoritas menggunakan
bahasa khek.
Jika
ada waktu, teman-teman mampir dong ke sini. Ke Matang Suri.