“Menikahlah
denganku.”
Pertanyaan
itu meruntuhkan semua pertahananku untuk menjaga janji yang sudah
kubuat denganmu. Pertanyaan yang selama ini aku tunggu. Darimu dan
dari beberapa orang sebelumnya. Sekarang datang darinya. Bagaimana
dengan janji yang sudah kubuat denganmu? Bagaimana denganmu tepatnya?
Aku
gamang. Ingin menghubungimu dan mengatakan aku akan segera menikah.
Aku ingin menerima lamaran ini. Tapi bagaimana jika ternyata selama
ini kamu tak menyimpan rasa cinta untukku? Bukankah itu akan menjadi
hal yang memalukan bagiku sebagai perempuan.
“Boleh.”
Aku
menjawabnya tanpa ragu. Aku yakin aku ingin menikah. Aku yakin Tuhan
tidak akan salah memberikan jodoh untukku. Jika memang dia jodohku
maka semua prosesi akan lancar hingga selesai. Tak ada hal buruk yang
akan menimpa kami. Pikirku demikian. Seandainya kamu yang di seberang
sana adalah pemilik rusuk yang hilang ini, artinya kita akan
dipertemukan Tuhan kembali bagaimana pun caranya.
Aku
tak menanyakan apa-apa padamu. Tak menunaikan janji. Tak
membatalkannya juga. Sebab aku tahu jika kamu memang ingin
menemukanku kamu sudah melakukannya sebelum hari bahagia itu tiba.