Kalau
memang ada rencana akan ke Kalimantan Barat, lalu mendatangi negara
Malaysia atau Brunei melalui jalan darat yang terletak di wilayah
timur Kalbar sebaiknya teman-teman membawa 10 nyawa untuk bekal di
perjalanan. Mengapa saya katakan harus membawa 10 nyawa? Sepertinya
gambar yang saya unggah di dalam postingan ini sudah cukup mewakili
untuk menyatakan betapa hancurnya jalanan yang akan teman-teman
lewati sebelum sampai di jalan mulusnya negara Malaysia atau Brunei.
Memalukan
memang. Jalan negara kita yang tercinta ini masih hancur lebur
seperti ini. Apalagi jalan ini adalah jalan internasional yang
menghubungkan negara kita dengan dua negara lainnya. Jangankan
berharap jalannya diperbaiki, jalan yang ini sama sekali terlihat
seperti belum diaspal. Sebab tertimbun tanah sewaktu hujan turun. Tak
terbayangkan bagaimana berbahayanya jalanan ini saat basah. Tapi
jangan harap pula saat jalanan kering kita akan menjadi lebih baik.
Sebab debunya ke mana-mana tak kalah bahaya buat pengendara.
Sekali
lagi saya katakan bahwa ini jalan internasional yang menghubungkan
negara Indonesia dengan Brunei dan Malaysia. Itu sebabnya saya
bertanya-tanya, bagaimana kalau Kalimantan Barat jadi milik Malaysia
saja. Kalau memang Indonesia tidak sanggup mengubah Kalimantan Barat
menjadi lebih baik, mengapa harus terus dipertahankan? Kita tak perlu
membandingkan jalanan ini dengan jalanan yang ada di seberang
perbatasan. Begitu dekat. Tetapi begitu berbeda. Kita bandingkan saja
dengan jalanan yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera.
Ah
kalau mengingat betapa dianaktirikannya Kalimantan Barat, sebagai
warga Kalimantan Barat bingung juga apakah harus terus mencintai
negara kita sendiri Indonesia atau berharap ada yang 'memungut dan
mengadopsi' Kalimantan Barat. Menjadikannya 'anak asuh' di negara
mereka. Kalimantan Barat tak butuh banyak. Hanya jalan. Jalan saja
yang kami perlukan untuk kelangsungan provinsi kami di sini.
Kami
tak meminta harga BBM diturunkan. Kami tak mengeluhkan harga BBM,
bensin, yang bisa mencapai angka Rp12.000-Rp20.000/liternya di
wilayah timur Kalimantan Barat. Bahkan masyarakat Kalimantan Barat
yang kesulitan mendapatkan BBM rela BBM yang masuk wilayah mereka
adalah BBM tanpa subsidi. Asalkan mereka tak sulit mendapatkannya
seperti sekarang. Tapi jangankan mau mendapatkan BBM yang
bersubsidi, minta BBM tanpa subsidi saja tak ada yang bisa
mengirimkannya. Memang medan yang harus ditempuh untuk mendatangi
wilayah timur Kalimantan Barat sangat berbahaya.
Pemerintah
yang di atas sana. Apakah Kalimantan Barat memang bukan bagian dari
Indonesia? Kalau memang bukan, lepaskan saja. Saya yakin masih banyak
negara lain yang memiliki birokrasi yang tidak rumit mau membangun
jalannya. Cukup jalannya saja.