Dulunya
saya selalu ingin punya suami yang setidaknya lebih tua 3-4 tahun. Kalau bias lebih
tua lagi. Maksudnya sih supaya lebih ‘ngemong’. Lebih sabar menghadapi sang
istri. Mau mengerti lebih banyak. Ah malah terdengar egois ya kalau maunya
begitu. Tapi banyak juga yang mengatakan bahwa mendapatkan suami yang usianya
jauh di atas kita akan membuat pernikahan lebih awet karena suami lebih
penyayangan dan emosinya stabil.
Eh ternyata
malah dapat suami yang lebih tua satu bulan. Bias dikatakan sih sebenarnya
seumuran. Jadinya ya sifat kami kadang-kadang suka sama. Kekanak-kanakan
sesekali. Lalu tiba-tiba menjadi pribadi yang dewasa untuk sebentar. Banyak silang
pendapat dan akhirnya harus ada yang mengalah kalau sudah cukup melelahkan
berbeda pendapatnya.
But hey,
ternyata mendapatkan suami yang seumuran tidak seburuk yang saya pikirkan
sebelumnya kok. Tuhan jauh lebih tahu mana yang lebih baik untuk umat-Nya
dibandingkan umat-Nya sendiri.