Barangkali
akan ada orang yang berpikir: 'apakah tak akan menyesal menikah
dengan orang yang barukita kenal?'. Atau akan ada yang berpendapat
bahwa butuh lama untuk mengenali sifat seseorang. Setiap orang punya
pendapat masing-masing mengenai hal tersebut. Pun demikian diri kita.
Mau apa pun pendapat kita tak akan ada yang bisa meminta kita untuk
mengubah pendapat tersebut dan memaksa kita untuk mempercayai
pendapatnya.
Setiap
orang punya caranya sendiri pula untuk menjalani kehidupannya yang
cuma ada satu. Setelah itu kematian telah menantinya beserta
kehidupan abadi yang akan diberikan untuk selamanya. Saat pertama
kali memutuskan untuk menikah, saya hanya punya satu hal yang ingin
saya lakukan. Yaitu beribadah.
Jika
bicara soal ibadah, perempuan butuh mukena dan sajadah. Itu saat
beribadah salat bentuknya. Apakah kita harus mengenakan mukena
favorit kita dan sajadah paling indah untuk melakukannya? Atau kita
mengenakan mukena yang mana saja yang ada di kamar, sajadah yang
tidak sedang digunakan orang lain untuk melaksanakan salat tersebut?
Kalau memang ingin salat kita tidak tepat waktu, lakukanlah dengan
mengenakan mukena favorit kita dan tunggu sajadah paling indah yang
kita punya di rumah sedang tidak digunakan siapa pun.
Tetapi
kita tahu waktu salat tak akan menunggu kita selamanya. Waktunya
hanya sementara dan akan berganti dengan waktu salat yang lain.
Begitu pun dengan menikah. Tak perlu mencari orang yang akan membuat
kita cinta mati sejak pandangan pertama. Bukankah cinta bisa tumbuh
dengan sendirinya saat kita selalu bersama orang tersebut setiap
waktu. Sejak dulu, saya selalu mengatakan bahwa saya bisa belajar
untuk mencintai seseorang. Siapa pun dia.
Cinta
pandangan pertama ternyata tak berlaku di dalam kehidupan saya. Sebab
cinta butuh proses. Cinta tersebut akan lebih indah saat dipelajari
di dalam pernikahan yang sudah menawarkan kehalalan. Ah sulit
menjelaskannya mengenai jalan kehidupan masing-masing. Sebab setiap
orang berbeda dan setiap orang punya caranya. Dan ini cara saya dalam
memulai pernikahan. Sebab menikah adalah ibadah terbesar bagi saya.
Tak peduli dengan siapa, selama dia juga siap untuk menikah dan
melaksanakan ibadahnya, menggenapkan setengah dari agamanya. Itu
saja.