Barangkali
jika kita mendapatkan kesempatan untuk bertemu lagi. Aku hanya akan
menatapmu dalam diam. Berbeda dengan saat pertama kali bertemu
denganmu. Melihat alismu yang menaungi mata sipitmu. Tinggi tubuhmu.
Masih kuingat hingga sekarang. Kalau ditanya apakah kemudian aku
terluka dengan keadaan yang ternyata membuat kita tak mungkin menyatu
lagi. Kamu kecewa lantaran aku memilih jalan yang lebih dekat?
Ah
hidup hanya proses pembelajaran yang panjang. Kita sama-sama belajar.
Belajar untuk melepaskan sesuatu yang kita inginkan untuk sesuatu
yang ternyata lebih kita butuhkan. Aku pikir kamu dan aku juga sudah
cukup dewasa untuk mengambil langkah masing-masing tanpa menanyakan
lebih dulu. Seperti kita berjalan di jalan yang sama untuk beberapa
saat. Kemudian kita bertemu di jalan yang penuh dengan persimpangan.
Kamu tak perlu bertanya padaku simpang jalan mana yang akan kamu
pilih sebagai langkahmu selanjutnya sebab kemudian aku juga tak akan
bertanya padamu bolehkah aku melanjutkan jalanku di simpang yang
sekarang aku jalani.
Kita
punya pilihan masing-masing. Selalu ada pilihan untuk kesempatan yang
datang. Lalu aku memilih untuk mendapatkan apa yang aku butuhkan di
diri orang lain. Pada lengan yang lain. Pada bahu yang berbeda. Kamu
harus percaya bahwa suatu hari kamu akan menemukan bidadari yang
membuatmu mau belajar untuk mencinta. Kemudian siap untuk sesuatu
yang lebih 'settle down'. Membangun kehidupan rumah tangga.
Kita
bisa salah melangkah kadang di dalam hidup ini. Tapi pembelajaran tak
akan membawa kita pada kebenaran jika kita tak pernah tahu bagian
mana yang membuatnya disebut sebagai kesalahan. Untuk kamu yang
sekarang entah memikirkanku atau tidak. Untuk kamu yang pernah
singgah di dalam kehidupanku dalam sekejap mata. Untuk kamu yang
membuat aku pernah berbicara dengan tembok dan hampir memeluk tembok
bisu itu hanya karena kamu membalas pesanku.
Kamu
pernah membuatku terlihat sebagai orang gila untuk sesaat. Aku tak
menyebutnya sebagai cinta karena rasanya aku akan mencintai orang
yang aku miliki. Sedangkan untuk orang yang tak pernah menjadi
milikku, aku hanya akan menyebutnya sebagai sebuah kenanga. Iya kamu
yang kemudian menjadi bait-bait kenangan dalam setiap doa yang aku
panjatkan. Buat kamu yang ada di sana. Akankah kita bertemu lagi.
Bercanda. Mengingat masa lalu sambil menggendong anak kita
masing-masing?