Memikirkan
akan menikah dan memiliki keturunan memang sesuatu yang menyenangkan. Bagaimana
melihat seorang anak membesar dan dirinya merupakan bagian dari darah dan
daging kita. Tentunya akan sangat menyenangkan mendengar suaranya. Memeluk suaranya.
Menggendong tubuhnya setinggi mungkin. Lalu dia akan tertawa terbahak-bahak.
Dulu memang
itu yang dilakukan Aki saat membesarkan saya. Dia yang dengan penuh kasih
sayang membesarkan cucunya yang gendut dan hitam. Bahkan dengan rambut yang
sedikit sekali di kepalanya. Tetap saja mengenakan tutu dress yang paling
disukainya. Aki yang menggendong dengan napasnya yang kadang memendek karena
dirinya asma.
Dia melihat
saya sebagai bagian dirinya yang akan menjadi penerus keluarga besar yang dia
jaga. Aki yang selalu menjadi laki-laki yang paling mencintai saya. Hari ini,
saat menuliskan postingan ini, betapa saya ingin dia berada di sini. Di samping
saya yang segera akan membuat sebuah keluarga yang baru. Memulai sebuah
kehidupan yang baru bersama laki-laki yang mencintai saya. Walaupun saya tahu
tak akan ada satu orang pun laki-laki di dunia ini yang punya cara mencintai
sedalam Aki mencintai saya.
Sebelas
tahun sudah berlalu sejak saya melihat wajahnya untuk terakhir kalinya dan tak
akan ada lagi wajah itu saya temukan saat saya merindukannya. Suaranya masih
terdengar jelas di telinga saya. Memanggil-manggil ketika dia membutuhkan
sesuatu. Stroke yang menyerangnya untuk pertama kali. Matanya yang kadang
dihiasi sebuah kaca mata yang usang saat dia membaca. Tubuhnya yang kurus dan
hitam terbakar matahari karena berjibaku dengan tanah dan lumpur di sawah.
Dia laki-laki
terhebat yang akan selalu menjadi penguat hari-hari saya selanjutnya.
Dari laki-laki
itu saya belajar banyak hal. Belajar untuk menghargai seseorang yang akan
menjadi bagian dari diri saya suatu hari nanti dan memanggil saya dengan
sebutan ‘Umak’. Selalu ingin dipanggil seperti saya memanggil ibu saya. Umak. Bukan
bunda atau mama yang selalu digunakan oleh orang kota. Saya tetap orang kampung
yang bangga sebagai orang kampung dan tak ingin dia memanggil saya dengan
panggilan yang lebih ‘modern’.
A baby
boo, come to my life, and I will love you!