Dulu
waktu baca majalah remaja suka menemukan istilah ‘si do’i’ atau ‘doski’. Sebenarnya
tak begitu bisa mencari perbedaan jelas antara keduanya. Apakah ‘do’i’ itu
digunakan untuk laki-laki? Lalu ‘doski’ buat cewek? Kalilah...
Tapi
namanya anak-anak menemukan sebuah istilah asing, apalagi di Bakau, Jawai,
Sambas, Kalimantan Barat bahasa Indonesia itu asing sekali. Saya lebih familiar
dengan bahasa Malaysia. Sebab di sini siaran televisi Malaysia bisa didapatkan
dengan sebuah antena sederhana. Beda dengan siaran stasiun televisi swasta
Indonesia yang butuh parabola dan alat canggih lainnya. Itu di kampung saya. Di
Pontianak sih cukup antena kecil yang bisa ditempelin ke dinding kamar juga
sudah dapat siaran televisi Indonesia.
Saya
yang waktu itu masih anak-anak merasa istilah ‘do’i’ atau ‘doski’ rasanya
menemukan istilah terajaib. Malu-malu mengingatnya di kepala dan melafalkannya
pelan-pelan. Takut didengar orang lain. Di majalah remaja yang sebenarnya untuk
anak-anak remaja yang sudah tahu tentang ‘pacaran’ memang banyak sekali
istilah-istilah yang membuat jantung saya berdebar membacanya.
Mulai
berpikir, kapan ya saya punya ‘si do’i’?