"Sekarang kamu sudah pulang kerja?"
Dia mengalihkan pembicaraan saat melihatku yang semakin salah tingkah saat bertatapan dengan matanya. Apalagi saat alis yang selama ini hanya bisa aku perhatikan melalui smartphoneku benar-benar ada di hadapanku. Aku belum mandi tapi perempuan itu tak beranjak dan tak terlihat terganggu dengan bau keringatku.
"Hampir jam pulang, jam 10 malam."
Aku menjawab setenang mungkin. Debaran di dadaku semakin kencang saat dia tersenyum lagi padaku.
"Habis ini mau ke mana?"
"Teman-teman kantor mau ngajak ngopi sih, mau ikut?"
Aku melempar ajakan yang rasanya terlalu besar kemungkinan ditolaknya. Bagaimana mungkin aku mengajak perempuan yang baru kukenal untuk pergi ngopi malam-malam begini. Aku bahkan tak tahu apa pendapat orang tuanya kalau tahu aku mengajak anak perempuannya keluar malam-malam.
"Aku boleh ikutan?"
Matanya membesar. Alisnya terangkat. Senyumnya terlengkung indah. Manis. Aku terkejut dia bertanya dengan wajah sangat tertarik seperti itu.
"Boleh, tentu saja."
"Mana teman-temanmu?"
"Sebentar lagi mereka juga keluar."
Dua temanku muncul dan kami berempat berangkat dengan sepeda motor masing-masing. Aku menjaga sang perempuan dengan mengendarai sepeda motorku di sebelahnya. Aku benar-benar tak mampu menolak pesonanya.