
Pertama
kali menjejakkan kaki ke Pontianak sendiri sebagai seorang perempuan
dewasa itu 8 tahun yang lalu. Saat saya akan mendaftarkan diri saya
di sebuah universitas negeri terluas di Kalimantan Barat. Universitas
Tanjungpura. Saat itu saya masih tak bisa menggunakan bahasa Melayu
Pontianak dan masih kental sekali bahasa Melayu Sambasnya. Memang
kedua bahasa itu memiliki perbedaan yang sangat mencolok sehingga
akan kelihatan sekali kalau kita bukan orang Pontianak melainkan
orang Sambas.
Datang
dari kampung dan saya memang sudah suka bakso sejak dulu. Dulu
rasanya bakso itu selalu menjadi makanan yang sangat mewah dan
sesekali ditemukan di rumah. Karena di kampung saya sendiri tak ada
tempat penggilingan daging bakso dan harus menyeberang laut untuk
mendatangi Pemangkat yan memang ada tempat penggilingan dagingnya.
Warung bakso di Jawai pun belum menjamur. Sehingga bakso menjadi
makanan yang hanya bisa didapatkan di pasar-pasar dewa tertentu.
Di
kampung juga perekonomian masyarakat masih banyak yang menengah ke
bawah. Jadi untuk jajan di warung makan menjadi hal yang terasa
'mewah'. Sebab kebanyakan masyarakat di Jawai memiliki kebun dan
sawah yang bisa memberikan hasil pangan yang bisa diolah di rumah
atau dijual untuk mendapatkan penghasilan. Belum lagi sungai yang
membentang sehingga banyak orang yang mendapatkan ikan dari
memancing.
Warung-warung
makan memang tak akan seramai di kota. Tak banyak warga yang akan
menyerbu kecuali pada hari-hari besar seperti lebaran atau tahun
baru. Karena pada saat itu banyak orang yang tak sempat untuk memasak
di rumah dan lebih suka makan di pasar.
Bakso
yang penuh kenangan itu terletak di Jalan Imam Bonjol, Pontianak. Tak
jauh dari SPBU yang dekat dengan gerbang Universitas Tanjungpura.
Tepatnya di depan sebuah sekolah dasar. Ini bakso pertama yang saya
makan di Pontianak bersama teman-teman yang juga mendaftar kuliah
setelah dulu saya terakhir ke Pontianak bersama Aki dan Uwan. Jadi
meskipun soal rasa sebenarnya kurang enak dibandingkan bakso yang
saya makan biasanya, tetapi ada kenangan yang bisa saya ingat kembali
sembari makan bakso di warung ini.
Bakso
ini jugalah dulu yang sering kami beli bungkus bersama teman-teman
kos yang lain.