Kalau
pernah melewati Siantan satu hal yang paling mengusik selain
kemacetannya di daerah pasar tentunya adalah aroma yang memenuhi
udara sekitar. Bau karet dari pabrik yang membuat banyak orang akan
menutup hidung. Bau kopi yang harum. Bau minyak dan kelapa yang
menggoda. Kadang saya suka berpikir bagaimana masyarakat Siantan
bertahan dengan bau karet yang menusuk hidung itu.
Selama
ini saya melewati Siantan hanya untuk pulang kampung. Jarang sekali
saya melewati daerah ini karena daerah jajahan saya biasanya daerah
pusat Kota Pontianak saja. Daerah yang terpisah oleh Sungai Kapuas
dengan Siantan. Berbeda dengan beberapa hari yang lalu. Saya melewati
Siantan karena saya ingin menyaksikan sendiri bagaimana fenomena
kulminasi berlangsung.
Saat
akan melewati sebuah masjid kami berhenti dan saya segera menyiapkan
kamera. Sayang apabila masjid ini tidak diabadikan dan dijadikan
bahan tulisan bukan? Tak semua orang bisa lewat Siantan, membaui
aromanya yang harum makjesss dan melihat masjid ini dari dekat.
Inilah
dia Masjid Jami At-Taqwa Siantan.