Jenis
camilan yang satu ini sepertinya dikenal di seluruh Indonesia dengan
nama yang hampir serupa. Di Jawai Selatan sendiri penyebutannya bukan
'semprong' melainkan 'samprong'. Kue Semprong (samprong) ini memang
banyak sekali ditemukan di daerah-daerah di Indonesia. Bahkan
tampilannya juga beragam. Ada yang tipis sekali dan polos tanpa
motif. Untuk yang polos ini biasanya banyak dijual di pasaran.
Beda
dengan semprong yang disediakan saat lebaran. Biasanya tersedia dalam
motif-motif yang unik dan tambahan seperti wijen dan juga perasa yang
menambah harum kue semprong ini. Panganan ini sejak kecil sudah saya
kenal. Tetapi bukan dari rumah saya. Sebab Uwan dan Umak memang tidak
pernah saya lihat membuat kue semprong. Tetapi tetangga kami, yang
rumahnya bersebelahan dengan rumah nenek dulunya sering membuat kue
semprong ini.
Rasa
telurnya dan sensasi garingnya memang membuat panganan ini menjadi
favorit banyak orang. Kadang tak terasa sudah banyak yang menghilang
di dalam mulut. Apalagi makan kue semprong tidak begitu
mengenyangkan. Sehingga kue ini bisa dinikmati kapan saja. Bahkan
saat selesai makan.
Dulu
kue semprong saya nikmati dengan membayar 100 perak untuk tiap
gulungnya. Di dalam warung, kue ini akan ditempatkan di dalam
toples-toples untuk menjaga kerenyahannya. Di kampung saya toples
disebut pula dengan 'samprong'. Saya tidak tahu apakah penamaannya
karena kue ini selalu di tempatkan di dalam 'samprong' makanya
dinamakan kue semprong.
Semprong
sendiri maknanya apa? Ada yang tahu?