16.05
WIB
Deru
pesawat yang kudengar memekakkan telinga tak mampu mengusir
kegundahanku. Aku mendatangi seseorang yang bisa jadi sudah
melupakanku. Meminta orang yang paling mencintaiku di dunia untuk
menunggu di sana. Cinta, sedemikian rumitnyakah keadaan yang kamu
berikan padaku. Aku ingin bahagia itu saja. Tapi aku tak tahu apakah
dengan menyelesaikan janji yang seharusnya aku tunaikan sejak dulu
akan membuatku menemukan kebahagiaan itu.
Bersama
Ben, akankah menjadi kebahagiaan yang sebenarnya? Hatiku terpaut
sebegitu dalam pada laki-laki yang sama untuk bertahun-tahun lamanya.
Entah bagaimana kabarnya sekarang. Aku bahkan tak tahu apakah dia
akan selalu menungguku di tempat janji itu akan ditunaikan. Janji
adalah hutang. Aku tak ingin hidup tanpa melunasinya.
Aku
mendengar orang di sebelahku terbatuk perlahan. Membuyarkan semua
pikiranku. Perlahan aku menggeser pandanganku dan melihat sebentuk
wajah yang sangat pucat di sana. Laki-laki, berusia antara 27-30
tahun.
“Kamu
sakit?”
Aku
berbisik di telinganya agak keras. Berharap deru pesawat tak
melenyapkan suaraku yang sedikit tertahan. Dia hanya menjawab dengan
gelengan.
“Apa
kamu butuh sesuatu?”
Dia
mengangkat tangan kanannya. Seakan-akan memintaku memberikan
tanganku. Aku tak mengerti.
“Aku
takut, bolehkah aku menggenggam tanganmu?”
Sejenak
kemudian tatapanku berubah. Aku tak berminat memberikan tanganku
untuk dia genggam. Paling-paling itu caranya untuk mendekati seorang
perempuan asing di pesawat. Aku tak akan jatuh dengna wajah pucatnya
itu. Aku memindahkan tanganku menjauh darinya dan kembali memandang
ke jendela. Melihat awan-awan putih yang kami lewati. Memejamkan
kedua kelopak mataku dan akhirnya aku terlelap. Entah berapa lama.
Sebab saat aku bangun semua orang sudah bersiap-siap untuk turun. Aku
masih duduk di tempatku membiarkan orang bergerak terlebih dahulu.
Kemudian aku menyadari aku sedang menggenggam tangan seseorang.
Tangannya sangat dingin. Wajahnya sudah tak sepucat tadi. Tapi ia
menatapku dengan takut dan melepaskan tanganku. Tajam sekali aku
menatap matanya. Protes karena dia menggenggam tanganku tanpa izin.
Pasti tadi waktu aku tidur dia mengambil kesempatan untuk melakukan
itu.
Aku
berjalan terburu-buru keluar dari bandara. Tak ingin lebih lama lagi
berada di sini. Namun laki-laki yang tadi duduk di sebelahku mengejar
langkahku.
“Maaf,
aku fobia berada di tempat yang tinggi.”
“Mengapa
tak kamu pegang tangan orang lain saja? Mengapa harus tanganku?”
“Maaf.”
Aku
tak melanjutkan sikap dinginku itu dan berjalan menjauh darinya.
“Hey!
Tunggu!”
“Apa
lagi?”
Aku
menghentikan langkahku dan sekarang menatapnya.
“Ini
pertama kalinya aku datang ke Pontianak, setidaknya bisakah kamu
menunjukkan padaku penginapan yang kamu tuju?”
“Dari
bagian mana kamu menganggap aku akan mencari penginapan malam ini?”
“Kamu
bukan orang sini kan?”
“Kamu
tidak tahu itu dan bahkan kita tak saling mengenal.”
“Tolonglah,
ini pertama kalinya aku datang ke sini dan aku tak tahu harus
bertanya pada siapa.”
“Naik
taksi dan minta antar saja ke penginapan yang kamu mau. Banyak orang
baik kok di sini.”
“Kamu
juga orang baik kan?”
“Maaf,
aku buru-buru. Silakan cari taksi yang mana saja. Mereka tidak akan
menculikmu kok.”
“Tak
bisakah kita menumpang taksi yang sama?”
“Kita
tidak saling kenal dan aku tak berniat untuk mengenalmu lebih jauh.
Tolong.”
Tatapanku
menusuknya lebih tajam lagi.
“Maaf,
maaf. Terima kasih atas bantuannya.”
Dia
berlalu pergi dengan wajah kecewa. Sebenarnya ada rasa kasihan tapi
aku datang ke sini hanya untuk menunaikan janjiku dan tak ada
keinginan untuk berkenalan dengan siapa pun. Langkahku terhenti pada
sebuah taksi yang sudah terbuka untukku. Aku masuk dan menyebutkan
hotel yang ingin aku tuju.
“Tapi
kita makan dulu ya Pak di Jalan Merdeka.”
“Iya,
Bu.”
Dari
balik jendela taksi aku menyaksikan awan yang memenuhi langit dengan
warna putihnya. Langit begitu cerah tapi hatiku mendung. Banyak
keraguan yang sedang menyapa dan aku tak tahu harus berbuat apa
dengan semua keraguan itu. Sebab aku sendiri takut membayangkan
hal-hal yang tak aku inginkan.
Apakah
kulminasi tahun ini aku akan bertemu dengannya?