Langsung ke konten utama

Cinta Putih [Bagian Tian]


Cinta Putih [Bagian 10]
Cinta Putih [Bagian 11]
Cinta Putih [Bagian 12]

Aku masih bisa merasakan hangatnya terakhir kali aku menggenggam tangan Renata. Aku bahkan masih bisa membayangkan tatapan matanya. Suaranya yang bening masih jelas di telingaku. Berapa kali pun aku mencoba aku juga tak bisa menghilangkan suara-suara yang menggema ketika ijab kabul pernikahannya selesai diikarkan. Semuanya masih membekas begitu jelas.

Aku merasa hampa. Hanya bisa termangu di halaman belakang sambil menatap dedaunan kering yang berjatuhan. Satu persatu perlahan menyentuh tanah yang sebagian gundul rumputnya. Aku membiarkan teh yang aku letakkan di meja mendingin. Tak tersentuh oleh tanganku. Aku mendengar pintu rumah bagian belakang terbuka. Seseorang menuju ke sini. Sudah pasti ibuku yang setiap hari dengan sabar menemaniku di sini akan menjemputku untuk masuk.

Ternyata aku begitu lemah saat dilanda patah hati. Sedemikian hebatnya cinta menusuk hatiku.

“Bang Tian?”

Suara asing menyapaku. Aku terkejut. Sebab aku tak punya saudara perempuan yang akan memanggilku abang. Mata kami bertemu. Aku melihat alisnya yang tebal dan matanya yang pekat. Senyumannya canggung. Beberapa detik memikatku. Lebih kuat dari pertama kali aku bertemu Renata.

“Kamu siapa?”

“Owh maaf, kalau Abang ingin sendirian, Hanna bisa menunggu di dalam.”

“Menunggu di dalam.”

“Keluarga kita ada di dalam, Hanna diminta ke sini memanggil Abang.”

“Keluarga kita?”

Dia menyelipkan anak rambutnya di telinga kanannya dengan gerakan perlahan. Dia semakin canggung saat kuperhatikan. Aku semakin ingin menggodanya yang kebingungan menghadapiku.

“Hanna tahu pasti Abang juga tidak suka dengan perjodohan ini, rasanya memang konyol masih ada keluarga yang saling menjodohkan anak mereka hanya karena saling mengenal baik satu sama lain. Sedangkan anaknya bisa jadi sama seperti kita, tidak saling kenal.”

“Perjodohan kita?”

“Bukannya Abang sudah diberi tahu kalau keluarga kami akan datang ke sini untuk membicarakan masalah pernikahan kita. Tapi tentu saja Hanna bisa lebih berani menolak kalau Abang sendiri menolaknya.”

“Pernikahan? Memangnya berapa umurmu sekarang?”

“Dua puluh satu hari ini.”

“Dua puluh satu? Kamu terlihat seperti anak SMP.”

Hanna, tubuhnya memang terlihat kecil. Wajahnya juga masih terlalu imut untuk perempuan berusia 21 tahun.

“Semua orang memang selalu mengira begitu. Padahal Hanna sekarang sudah bekerja.”

“Bekerja?”

“Iya, Hanna membuka sebuah toko bunga sekarang.”

“Di sini banyak bunga, Ibu selalu membeli bibit bunga setiap minggu untuk dikembangbiakkan di halaman belakang sini. Jangan-jangan Ibu membelinya di toko bungamu?”

“Iya, dia selalu datang di akhir pekan. Soalnya setiap minggu ada bibit bunga baru yang kami datangkan.”

“Banyak sekali bunga yang ditanam Ibu di sini.”

“Jadi bagaimana dengan keluarga kita di dalam? Apa Abang tak ingin masuk dan memutuskan sendiri apa yang harusnya kita lakukan?”

“Akhir-akhir ini aku sedikit terguncang sebenarnya, tapi bunga-bunga di sini cukup membuatku tenang. Ternyata penjualnya tak kalah indah dari bunga yang bermekaran di sini.”

“Bang Tian sedang merayuku?”

“Kamu polos sekali, Hanna. Tentu saja aku sedang merayumu. Mungkin kita bisa mencoba untuk kencan terlebih dahulu, jalan-jalan, nonton mungkin.”

Perempuan itu terdiam.

“Owh maaf, Hanna. Padahal kamu sudah susah payah mengatakan ingin membatalkan perjodohan kita. Tentu saja aku akan mendukungmu jika memang kamu tak ingin kita menikah. Ayo kita ke dalam.”

Matanya berkaca-kaca. Aku sudah berdiri. Tapi dia sendiri tak bergerak. Dia menatapku lekat-lekat.

“Kamu mengapa menangis?”

Perlahan-lahan pipinya menjadi basah dan membentuk anak sungai di pipinya yang putih.

“Maaf, Bang. Hanna pikir tidak ada satu orang pun yang akan merayu Hanna. Selama ini semua orang melihat Hanna sebagai anak kecil. Bukan perempuan dewasa. Hanna menolak perjodohan ini pun karena Hanna tak percaya diri untuk diterima. Bisa bertemu dan mengenalkan diri sebagai perempuan dewasa pun rasanya sudah cukup menyenangkan.”

“Jangan menangis. Hapus air matamu sekarang.”

Aku membuang tatapanku ke tanah saat air matanya semakin deras.

“Maaf, Bang. Hanna memang seharusnya tidak menangis.”

“Bukan salahmu, Hanna. Percaya dirilah sedikit. Aku hanya takut tak bisa menahan diri untuk tak memelukmu jika tangisanmu tidak kamu hentikan.”

Tangisan itu berubah jadi tawa. Tawanya terdengar begitu merdu. Canggungnya lenyap seketika. Binar matanya membuatku benar-benar terpikat. Barangkali ini jatuh cinta yang sebenarnya? Entahlah. Kita lihat saja nanti.

Postingan populer dari blog ini

Hati-Hati Belanja di Tokopedia Pakai AnterAja

Selama ini saya selalu puas belanja di berbagai marketplace yang ada di Indonesia termasuk di Tokopedia. Karena selama ini pengirimannya yang saya gunakan ya itu-itu saja. Kalau nggak JNE ya JNT. Pernah juga menggunakan SiCepat. Sudah lama sekali tidak berbelanja di Tokopedia dan saya bulan ini ingin beli kamera dan di Tokopedia saya menemukan kamera yang saya inginkan.  Prinsip saya begitu order langsung bayar supaya barang cepat sampai. Saya tidak sadar kalau pengiriman yang default di aplikasi adalah ekspedisi AnterAja. Tidak pernah menggunakan dan baru dengar. Karena saya pikir memang AnterAja melayani sampai ke Pontianak ya nggak ada masalah dengan pengirimannya. Sampai akhirnya saat tulisan ini saya posting, paket kamera yang saya beli tak kunjung sampai. Googling sana-sini. Buka twitter buat komplain hingga akhirnya menemukan banyaknya orang yang komplain dibandingkan puas dengan layanannya dan bahkan review di google juga jelek. Banyak sekali yang memberikan bintang satu. Terma

Video dan Lirik Lagu Kamil Onte ft taZki Acapella - Yok Idop Sehat

Musik adalah bahasa yang universal. Lewat lagu kita bisa menyampaikan banyak hal. Tidak hanya mengumandangkan cinta dan lara. Tapi juga nasihat-nasihat baik yang berguna bagi banyak orang terutama masyarakat di sekitar kita. Seperti lagi Yok Idop Sehat ini yang memang dibuat untuk menghimbau orang supaya menjalani hidup yang sehat. Lengkap dengan tips yang bisa kita lakukan untuk menjalankannya.  Lagunya tidak hanya menghibur namun juga bisa untuk mengingatkan kita bagaimana hidup sehat yang seharusnya. Bukankah kesehatan adalah segalanya. Tanpa kesehatan kita tidak bisa beraktivitas dan produktif. Yok idop sehat. Yok Idop Sehat Hei buda' buda', saye punye cerite Cerite tentang hidup sehat bagaimane Rajin olahraga stamina tetap terjage Ayok kite semue jadi warge sehat sentose.. . Reff : Makan buah & sayuran dan cek kesehatan Jangan sampai kite saket kedolo'an Marilah kite terapkan same-same Agar kite tetap sehat semuenye Diri saye

Gokusen: Yankumi, Cucu Yakuza yang Impiannya Menjadi Guru

http://aki-ojou.blogspot.com Beberapa hari yang lalu mendapat tambahan koleksi film serial Jepang dari Mister Achan. Satu di antaranya Gokusen. Bisa dikatakan ini mirip dengan Great Teacher Onizuka. Perbedaannya pada konsep dasar dan pemeran utamanya. Siapa yang menjadi guru yang akhirnya disayangi oleh murid nakalnya.