
Ini
adalah pertanyaan yang sering mampir ke twitter atau pesan singkat di nomor
saya. Sebenarnya apa sih menulis itu sampai harus mencari seseorang untuk
mengajari kita melakukannya padahal kita sudah menyelesaikan pendidikan yang
ada pelajaran Bahasa Indonesia.
Saya
masih ingat sekali saat saya belajar menulis untuk pertama kalinya. Tepatnya latihan.
Waktu itu yang saya lakukan, saat saya masih duduk di kelas tiga sekolah dasar,
saya membaca, lalu mencoba menulis sendiri. Saya tidak bertanya pada siapa pun
untuk mengajari saya menulis. Sebab saya malu untuk mengatakan bahwa saya ingin
menjadi penulis ketika besar nanti.
Bahkan
saya tahu saya akan dimarahi habis-habisan oleh Aki dan Uwan kalau saya
mengatakan cita-cita saya menjadi ‘penulis’. Berbeda dengan Abah dan Umak yang
memang lebih memberikan kebebasan dan tak pernah meminta saya menempuh
kehidupan dengan cara mereka. Seperti burung, saya dibiarkan terbang ke mana
pun yang saya mau tanpa pernah pulang kembali ke sarang.
Tak
pernah sekali pun saya mendengar Abah dan Umak khawatir dengan masa depan saya
yang malas belajar selain pelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut
saya untuk belajar menulis, kita sudah diberikan bekal yang cukup selama berada
di bangku SD, SMP, dan SMA. Sisanya untuk menulis hanya butuh latihan. Ada yang
berlatih keras baru bisa benar-benar menulis, ada juga yang latihannya santai
dan sudah bisa menghasilkan tulisan. Bergantung kemampuan masing-masing. Tetapi
karakter menulis setiap orang berbeda antara satu sama lainnya sehingga setiap
tulisan akan punya penyukanya sendiri-sendiri.
Sebenarnya
untuk menambah pengetahuan menulis yang bisa kita lakukan adalah melakukan tiga
keterampilan berbahasa yang menjadi penunjang keterampilan tertinggi berbahasa,
yaitu menulis. Keterampilan berbahasa yang pertama adalah menyimak, lalu
berbicara, setelah itu membaca, barulah menulis. Jadi untuk bisa menulis kita
harus menguasai keterampilan membaca.
Bagaimana
kita bisa menulis kalau kita malas membaca.
Kalau
ada orang-orang yang merasa untuk menulis harus belajar pada seseorang
sebenarnya dia sedang menenggelamkan dirinya sendiri. Kita harus bisa menemukan
sendiri kemampuan menulis kita untuk bisa menghasilkan tulisan. Tak ada satu
orang pun yang bisa memetakan cara menulis yang baik untuk kita sebab tiap orang
punya caranya masing-masing.
Ada
orang yang harus menulis pada saat tengah malam. Ada pula yang pagi.
Seperti
bersepeda, meminta seseorang untuk mengajari kita menulis itu seakan-akan
meminta dia memegangi sepeda yang sedang kita kendarai. Kapan kita akan
menemukan jalan keseimbangan yang sebenarnya? Apakah jatuh dari sepeda begitu
menakutkan? Apakah luka di lutut yang lecet terkena butiran pasir terlalu
menyakitkan? Atau pengalaman jatuh itu akan mengajari kita banyak hal untuk
menemukan cara bersepeda yang paling tepat untuk diri kita sendiri.
Ada
orang yang bisa menggunakan tangannya yang sebelah kiri saja bahkan ada pula
yang bisa melepaskan kedua tangannya saat bersepeda dan tidak jatuh. Saat kita
memutuskan untuk mempelajari sesuatu apakah kita ingin bergantung pada orang
lain selamanya dan tidak bisa melakukan apa pun tanpanya?