Entah
sudah berapa kali saya menemukan orang yang senang sekali dengan
sikap menggeneralisasikan sekelompok orang hanya gara-gara perilaku
sebagian kecil orang lain.
Setiap
manusia memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Walaupun
seringkali teman saya mengatakan bahwa kita punya 7 kembaran yang
tersebar di muka bumi ini. Masalah itu saya tidak meyakini
kebenarannya. Namun, orang yang benar-benar kembar identik sekalipun
tetap akan memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Sukakah
kita disamakan dengan orang lain? Apalagi jika menyangkut sesuatu
yang buruk? Misalnya sebagian orang yang berperilaku buruk di negara
kita. Maukah kita disebut sama dengan mereka hanya gara-gara
sama-sama orang Indonesia. Terlalu picik untuk menyimpulkan keadaan
seperti itu bukan?
Memang
sejatinya kita pernah belajar silogisme di sekolah. Ada premis mayor,
premis minor, yang akan menggiring kita pada sebuah kesimpulan.
Tapi
masalah penggeneralisasian seseorang hanya gara-gara orang yang satu
negara dengannya memiliki perilaku tertentu rasanya sedikit sempit
ya? Atau terlalu sempit?
Tentunya
kita tidak akan suka disamakan dengan orang lain. Jangannya yang
berkaitan dengan keburukan, berkaitan dengan hal baik sekalipun
rasanya kita sendiri tidak rela dianggap sama dengan orang lain.
Itu
semua karena memang kita berbeda. Meskipun Tuhan yang menciptakan
kita adalah Tuhan yang satu, Tuhan yang sama. Tetap saja Dia membuat
perbedaan di antara kita semua agar kita bisa saling membedakan satu
sama lain. Tak dapat dibayangkan bukan kalau kita semua sama?
Apalagi
jika di dalam proses penggeneralisasian itu kita akan disatukan
dengan orang yang kita tidak suka. Misalnya untuk orang yang tak suka
dengan saya, mana mau dia dianggap sama dengan saya bukan? Masih
ingin membuat kesimpulan yang sempit hanya gara-gara tindak-tanduk
sebagian orang dan membuat kesimpulan satu negara bahkan satu budaya?
Ini bukan silogisme, Bung!