Tulisan
ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu
ketujuh.
sumber gambar: http://handokotantra.com |
Pernahkah
kita membayangkan betapa kuatnya efek yang diberikan tulisan yang
kita keluarkan di blog? Sampai-sampai efeknya membuat orang lain
harus mendatangi kita untuk meminta tulisan tersebut dihapus atau
diganti.
Awalnya
begini, saya mencoba makanan di sebuah tempat yang letaknya tak
begitu jauh dari Radio Volare. Semangkok bakso. Karena saya suka
sekali dengan makanan berkuah tentunya bakso ini cukup menantang rasa
ingin tahu saya untuk dicoba. Sayangnya saya yang awalnya berharap
sekali rasanya akan enak harus kecewa karena tidak sesuai dengan
lidah saya.
Jadilah
saya menuliskan komentar saya mengenai bakso tersebut di blog ini dan
tulisannya sudah saya hapus atas permintaan sang pemilik dagangan
tersebut. Saya memang menuliskan secara jujur bahwa rasanya tidak
enak dan tidak sesuai dengan selera lidah saya. Namun yang menarik
adalah pedagang yang ada di Pontianak tersebut mendapatkan informasi
mengenai bakso yang mendapat komentar 'tidak enak' ini dari
teman-temannya yang ada di luar Jawa.
Awalnya
ada beberapa temannya yang mengatakan bahwa mereka menemukan tulisan
saya termasuk foto bakso yang saya makan saat itu. Tentunya tulisan
saya tersebut akan sangat tidak baik dampaknya bagi mereka. Waktu
menuliskan itu sebenarnya saya tidak berpikir bahwa ini seperti
menggelindingkan bola salju.
Saya
menulis saja lalu menerbitkannya. Selesai cerita. Itu buat saya
sendiri. Tapi ketika tulisan itu dilempar ke blog, cerita yang
sesungguhnya baru saja dimulai untuk pedagang tersebut. Dari tulisan
tersebut mereka menelusuri siapa orang yang berada di balik blog ini
dan menemukan bahwa radio tempat saya siaran tak begitu jauh letaknya
dari tempat mereka membuka usaha.
Untuk
kenyamanan bersama, saya tidak akan mempublikasikan nama warung
mereka sehingga tulisan ini tidak akan membuat efek yang sama dengan
sebelumnya. Setelah menimbang-nimbang mereka akhirnya memutuskan
untuk mendatangi Radio Volare. Tujuannya hanya meminta saya menghapus
tulisan tersebut.
Saya
pikir begini, jika mereka langsung mendamprat saya, jangan harap saya
akan menghapus tulisan tersebut. Bahkan saya sudah berpikir untuk
menulis lebih banyak lagi tentang kejadian selanjutnya setelah
tulisan tersebut diterbitkan. Saya akan membuat tulisan baru yang
berisikan tentang kemarahan mereka. Untungnya itu tidak terjadi.
Mereka
dengan lembut menceritakan awalnya mereka mendapat kabar ada
pelanggan yang tidak puas dengan bakso buatan mereka. Mereka
sebenarnya berusaha untuk cuek saja dengan komentar orang-orang yang
menyampaikan tentang tulisan saya. Menurut mereka: “Ah itukan cuma
tulisan, online pula! Tak ada dampaknyalah dengan dagangan kami.”
Tapi omongan tentang tulisan saya makin lama makin mengganggu karena
semakin banyak yang membacanya dan tahu tentang 'ketidakenakan bakso
mereka dalam versi saya'.
Namanya
lidah kan punya seleranya masing-masing. Bisa jadi tidak enak menurut
saya beda lagi dengan pendapat orang lain yang memakannya. Karena
tidak ingin usaha mereka bangkrut gara-gara tulisan saya, mereka
memohon agar tulisan tersebut diganti atau dihapus. Alasan mereka
sangat klasik dan itu memengaruhi saya.
“Kami
hanya cari makan, Mbak.”
Kalimat
itu membuat saya luluh. Saya segera menghapus tulisan saya. Dihari
yang sama. Supaya mereka tidak mendapatkan tekanan yang lebih berat
hanya gara-gara tulisan saya. Saya menghapusnya karena saya masih
punya rasa tidak tega walaupun saya paham sekali mereka tidak punya
hak untuk meminta saya menghapusnya. Toh itu pendapat saya untuk
mengatakan rasa dari bakso yang sudah saya konsumsi bukan?
Seandainya
saya tidak ngeblog saya tidak akan pernah tahu berapa besar efek yang
diberikan hanya dengan sebuah tulisan.