Dapatkah kamu mendengar
rasa rindu yang menyesakkan ini? Pahamkah kamu arti tatapanku malam
itu? Nyanyian sunyi yang semakin hari semakin memelan bukan karena
cinta itu menghilang. Sebab cinta tak akan pernah menghilang. Dia
hanya mengendap di tepian hati yang tak menemukan muaranya. Karena
cinta sejati tak bisa mati.
Lantas
kemudian kita sama-sama dewasa untuk memahami bahwa selain cinta
antara dua anak manusia yang berlainan jenis bukanlah cinta tingkat
tertinggi yang bisa kita rasakan. Karena cinta itu fana. Semuanya
hanya sementara.
Kamu
dan aku sudah cukup dewasa untuk mengerti betapa posisi menyudutkan
kita berdua. Saling melepaskan tangan di persimpangan jalan. Saat itu
kita menyadari satu hal yang tak akan dapat kita pungkiri. Bahwa di
dalam hidupmu aku hanya numpang lewat, begitu pula kamu, hanya datang
untuk menyapaku dengan cinta yang sekejap saja.
Kamu,
telah membangunkan bagian diriku yang terlelap di dalam mimpi. Bagian
yang tak pernah aku tahu ada di sana. Bisa jadi dia adalah bagian
diriku yang terkuat dan terdingin. Bisa jadi kamu akan mengenalnya
sebagai bagian yang tak punya hati. Sebab dia dengan mudah berdiri
tanpa air mata meskipun mengingatmu.
Cinta,
cinta tak membuatnya menangis. Dia bahkan tersenyum dan mengembangkan
kedua sayapnya. Siap untuk terbang menembus mega. Bukan untuk
melihatmu dari atas sana. Sekejap, dia hanya ingin melesat membelah
dunia lalu kembali dan menguatkan diri sendiri.
Bukankah
kamu yang selalu mengatakan padaku untuk menahan air mata? Kamu pula
yang mengajariku untuk kuat karena kita manusia yang punya rasa dan
cinta. Kamu memberikan pelajaran yang sangat penting dalam
kehidupanku saat itu. Beranilah jatuh cinta dan kuatlah untuk menahan
deritanya.
Selama
kita tidak mati karenanya, cinta akan menguatkan kita meskipun dengan
luka dan nestapa. Mungkin itu makna pertemuan dan perpisahan kita
pada akhirnya.
Gambar: Weheartit