Honeylizious.com
– Teruntukmu perempuan bermata setenang danau yang tak beriak dan penuh dengan
keheningan. Apakah saat ini kamu masih tertawa dengan ringan saat pertama kali
aku melihatmu? Jangan pernah hilangkan tawa itu dari wajahmu. Karena kamu hanya
akan indah saat matamu itu berkilauan.
Masihkah
kamu mengingatku? Mengingat lelaki yang meninggalkanmu tanpa mengatakan tentang
isi hati yang meluluhlantakkan dada. Aku menahannya. Sama juga dengan
sekarang ini. Aku masih terus menunda untuk mengatakannya. Bukan sebab aku tak
yakin dengan berbalasnya rasa ini. Tapi aku takut aku hanya akan membuat kekecewaan
di dalam kehidupanmu.
Hidupmu
yang berwarna itu rasanya begitu indah untuk aku masuki. Walaupun aku yakin
dengan sepenuh hati kamu akan segera menarikku ke dalamnya. Aku hanya bisa
pergi sebelum kamu melakukan itu. Tak ada yang bisa aku berikan untuk hidupmu
selain genggaman tangan yang hangat dan rasa ingin melindungi untuk selamanya.
Kamu
perempuan yang kuat itu kan? Perempuan yang lembut tetapi memiliki semangat
sekuat batu karang. Pijakmu yang kuat di bumi menyatakan padaku bahwa kamu tak
akan terkalahkah oleh seisi dunia ini. Kamu bahkan tak membutuhkan pegangan
tanganku lebih lama untuk kembali tertawa.
Kita
dipertemukan kemudian dipisahkan. Dengan alasan yang tak ingin aku dan kamu
mengerti karena pada akhirnya kita tak bersama. Persimpangan jalan itu apakah
membuat kita terluka atau hanya aku yang merasakan menderita tanpa senyumanmu
yang bisa jadi, kalau aku mau, akan aku miliki setiap pagi.
Seandainya
aku meminta kamu menikah denganku hari ini. Maukah kamu menjadi pengantinku
sekali untuk selamanya? Maukah kamu memberikan aroma napasmu hanya untukku
seorang. Aku tahu aku sangat egois untuk mengatakan ini, tapi bisakah tanganku
adalah tangan terakhir yang menggenggam tanganmu dan biarkan aku yang
melanjutkan genggaman itu yang sempat aku lepaskan.
Aku
menunggu kamu memintaku untuk tetap tinggal di sampingmu. Kalaupun tidak aku
ingin kamu menunjukkan padaku bahwa kamu membutuhkanku. Sayangnya kamu terlalu
sibuk untuk tertawa dan mengobati luka yang aku tinggalkan. Aku juga tahu aku
telah meninggalkan duka yang menganga di dadamu. Aku tak bisa menyalahkan
dirimu yang mungkin sekarang perlahan-lahan berhenti menghubungiku.
Bukan
salahmu. Ini hanya aku yang tak berani mengambil langkah besar untuk memilikimu.
Aku juga tak akan terkejut jika suatu hari nanti kamu akan mengundangku pada
hari pernikahanmu dengan orang lain.
Gambar dari sini: http://weheartit.com
Gambar dari sini: http://weheartit.com