Langsung ke konten utama

Cinta Putih [Bagian 2]


Cerita Sebelumnya 


Wajah Tian kaku. Dia tak menyentuh makanannya sama sekali. Aku sejak tadi lahap sendiri. Entah karena lapar atau memang makanannya enak. Mata Tian bertemu dengan pandanganku saat aku mengangkat kepalaku.

“Ada apa?”

“Tidak ada apa-apa.”

Jawaban yang keluar pun terdengar dipaksakan. Seakan-akan Tian ingin mengatakan sesuatu.

“Ada apa?”

“Menikah denganku.”

Sekarang aku yang bingung menjawabnya. Mata kami bertemu. Aku tahu cara dia menatapku sekarang sangat serius. Dia tidak sedang main-main.

“Tian, kamu bicara apa?”

Tian mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dari sakunya. Membukanya perlahan dengan tatapan yang tak lepas dariku. Kemudian berlutut, tak peduli dengan semua mata yang ikut tertarik untuk memperhatikan kami.

“Jangan begini dong Tian.”
“Jawab, maukah kamu menikah denganku.”

“Ini terlalu cepat.”

“Tidak ada yang namanya terlalu cepat, aku ingin kamu untukku selamanya. Bukan hari ini saja.”

“Beri aku waktu.”

“Setidaknya jangan membuatku malu di sini, Ren.”

Ragu-ragu aku mengulurkan tangan kananku. Menerima cincin yang didorong Tian melingkari jemari manisku. Dia tersenyum. Wajah-wajah yang sedari tadi memperhatikan kami sekarang tersenyum bahkan ada yang bertepuk tangan.

“Aku mau pulang.”

Tak menyelesaikan makan malam yang seharusnya romantis itu dan menyambar tas yang berwarna hijau muda dari atas meja. Segera melangkah menuju pintu kaca yang tinggal kudorong dengan tangan kanan. Tian meninggalkan beberapa lembar uang di meja sebelum akhirnya menyusulku. Aku memasukkan sebelah tanganku ke saku jaketku. Terlalu dingin dan aku sedang tak ingin memegang tangan Tian.

“Aku ingin melepaskan cincin ini tapi tak bisa.”

Kutunjukkan jari manisku yang sekarang dilingkari cincin emas yang ukiran sederhana di atasnya.
“Apakah memang sulit bagimu untuk menolak atau menerimaku, Ren?”

Aku terdiam. Arah pembicaraan ini semua semakin serius. Seperti wajah yang Tian tunjukkan. Wajah yang tak ingin aku lihat. Menyedihkan melihatnya.

“Aku tahu aku yang memaksamu untuk pacaran denganku. Tapi sudah cukup lama waktu yang kita lalui bersama. Enam bulan, Ren. Sekarang aku siap jika kamu mengatakan akan berpisah denganku.”

“Berpisah?”

Selama ini aku tak pernah berpikir Tian akan mengatakan itu. Dia begitu menggebu-gebu. Dia terlihat sangat menginginkanku dan rela memberikan apa pun untuk memilikiku.

“Setahun rasanya terlalu lama, aku tak bisa lagi menunggu.”

Iya, setahun, dua belas bulan waktu yang Tian minta untuk membuktikan cintanya padaku. Aku menerimanya dan dia siap dengan segala konsekuensinya. Selama setahun aku akan menjadi kekasihnya. Kemudian jika dalam setahun aku tetap tidak merasakan apa-apa saat bersamanya aku boleh memutuskan hubungan ini dan Tian tidak akan pernah menggangguku lagi. Aku pikir dengan adanya Tian aku akan punya sahabat baru untuk bermain bersama. Ada yang akan menemaniku setelah kepergian Leon. Selama ini aku memang terjebak di sisi Leon. Tak pernah terpikir olehku bahwa aku akan berpisah dengannya. Lalu aku menjadi kesepian.

Apakah memang Tian hanya aku anggap sebagai teman?

“Tidak pernah terlintas dalam kepalaku akan ada lamaran segala dalam hubungan kita ini. Sejak awal aku hanya memberikan kesempatan untukmu membuktikan kamu benar-benar mencintaiku. Apakah belum cukup hanya dengan menjadi kekasihmu? Berapa lama waktu yang kamu minta untuk menjadi suamiku?”

“Selamanya, sampai kematian memisahkan kita.”

“Tian aku serius.”

“Aku juga serius.”

“Aku belum bisa menjawabnya.”

Langkahku kupercepat agar segera terpisah dari Tian. Aneh sekali rasanya aku dilamar seperti ini. Mengapa aku tak bisa menjawabnya? Setidaknya menolaknya?

Tian menyambar tanganku dan membawaku berlari.

“Mau kemana?”

“Kamu milikku hari ini, dan masih ada beberapa jam sebelum hari ini berakhir.”

“Tapi ini sudah malam Tian.”

“Aku ingin bersamamu lebih lama lagi malam ini, saat kamu hanya memikirkanku dan tak memikirkan orang lain.”

“Kamu egois!”

“Kamu bahkan belum memberikan kado ulang tahun untukku.”

Kami saling berbicara dengan suara keras sambil berlari.

“Bagaimana aku punya kado untukmu jika aku sendiri baru tahu hari ini ulang tahunmu.”

“Itu salahmu sendiri, harusnya kamu cari tahu dong tentang pacarmu ini. Setahun kamu akan jadi pacarku kan? Masa hal seperti itu saja harus diajari lagi.”

“Itu karena aku tidak pernah pacaran, bodoh!”

Aku menyentakkan pegangan tangannya.

“Tidak pernah pacaran? Renata yang cantik dan populer ini tidak pernah pacaran?”

Aku menggelengkan kepalaku sambil menunduk.

“Leon terlalu menjagamu. Mungkin kamu memang tidak mencintainya, tapi bagaimana jika sebenarnya dia mencintaimu?”

“Tidak mungkin, Leon tak pernah menganggapku sebagai perempuan. Kami sudah seperti saudara kembar. Harus berapa kali aku mengatakannya?”

Aku mengangkat wajahku dengan kesal.

“Kalau kamu tidak pernah dipacari dengan siapa pun berarti kamu belum pernah dicium?”

Tian maju beberapa langkah ke arahku. Aku mundur sekian langkah.

“Jangan macam-macam atau aku teriak!”

“Tak ada siapa-siapa di sini, tak akan ada yang mendengar teriakanmu.”

“Tian!”

“Anggap saja ini kado ulang tahun untukku.”



Dia semakin berani mendekatiku. Dia berdiri di hadapanku dengan sangat dekat. Aku bisa mendengar debaran jantungnya yang berdetak cepat. Seperti detak jantungku saat ini. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku dalam diam.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati-Hati Belanja di Tokopedia Pakai AnterAja

Selama ini saya selalu puas belanja di berbagai marketplace yang ada di Indonesia termasuk di Tokopedia. Karena selama ini pengirimannya yang saya gunakan ya itu-itu saja. Kalau nggak JNE ya JNT. Pernah juga menggunakan SiCepat. Sudah lama sekali tidak berbelanja di Tokopedia dan saya bulan ini ingin beli kamera dan di Tokopedia saya menemukan kamera yang saya inginkan.  Prinsip saya begitu order langsung bayar supaya barang cepat sampai. Saya tidak sadar kalau pengiriman yang default di aplikasi adalah ekspedisi AnterAja. Tidak pernah menggunakan dan baru dengar. Karena saya pikir memang AnterAja melayani sampai ke Pontianak ya nggak ada masalah dengan pengirimannya. Sampai akhirnya saat tulisan ini saya posting, paket kamera yang saya beli tak kunjung sampai. Googling sana-sini. Buka twitter buat komplain hingga akhirnya menemukan banyaknya orang yang komplain dibandingkan puas dengan layanannya dan bahkan review di google juga jelek. Banyak sekali yang memberikan bintang satu. Terma

Video dan Lirik Lagu Kamil Onte ft taZki Acapella - Yok Idop Sehat

Musik adalah bahasa yang universal. Lewat lagu kita bisa menyampaikan banyak hal. Tidak hanya mengumandangkan cinta dan lara. Tapi juga nasihat-nasihat baik yang berguna bagi banyak orang terutama masyarakat di sekitar kita. Seperti lagi Yok Idop Sehat ini yang memang dibuat untuk menghimbau orang supaya menjalani hidup yang sehat. Lengkap dengan tips yang bisa kita lakukan untuk menjalankannya.  Lagunya tidak hanya menghibur namun juga bisa untuk mengingatkan kita bagaimana hidup sehat yang seharusnya. Bukankah kesehatan adalah segalanya. Tanpa kesehatan kita tidak bisa beraktivitas dan produktif. Yok idop sehat. Yok Idop Sehat Hei buda' buda', saye punye cerite Cerite tentang hidup sehat bagaimane Rajin olahraga stamina tetap terjage Ayok kite semue jadi warge sehat sentose.. . Reff : Makan buah & sayuran dan cek kesehatan Jangan sampai kite saket kedolo'an Marilah kite terapkan same-same Agar kite tetap sehat semuenye Diri saye

Gokusen: Yankumi, Cucu Yakuza yang Impiannya Menjadi Guru

http://aki-ojou.blogspot.com Beberapa hari yang lalu mendapat tambahan koleksi film serial Jepang dari Mister Achan. Satu di antaranya Gokusen. Bisa dikatakan ini mirip dengan Great Teacher Onizuka. Perbedaannya pada konsep dasar dan pemeran utamanya. Siapa yang menjadi guru yang akhirnya disayangi oleh murid nakalnya.