Cinta Putih [Bagian 11]
Aku
menatap wajahku di cermin. Rasanya aku sendiri asing dengan sosok
yang aku temukan. Renata, itu nama yang selama ini aku kenal sebagai
diriku. Tapi jati diriku yang sebenarnya aku sendiri tidak pernah
yakin sekarang, semua yang aku ketahui jauh dari kebenaran.
“Yakinkah
kamu akan melakukan ini?” suara Jun yang jernih mengejutkanku. Dia
berdiri di depan pintu kamarku.
“Aku
sudah yakin.”
“Pernikahan
bukan sesuatu yang kecil. Ini soal seumur hidup kita.”
“Kamu
ragu?”
“Aku
selalu menunggu hari ini sejak pertama kali melihatmu. Tapi
keadaannya sungguh jauh berbeda dengan yang aku nantikan.”
“Bukankah
aku tetap perempuan yang sama?”
“Banyak
hal yang berubah di dalam kehidupan kita, Renata. Tidak hanya
mengubahmu tapi juga ini mengubah hidup keluargaku.”
“Apakah
kamu tidak ingin menikah denganku?”
“Aku
mau Renata.”
“Ya
sudah, tidak usah membahas hal-hal yang tidak perlu.”
Jun
menghela napas panjang kemudian meninggalkanku. Aku telah mengenakan
gaun pengantin berwarna putih. Tidak berapa lama lagi aku harus turun
ke lantai bawah untuk berkumpul dengan kedua orang tua Jun.
Ponselku
berdering. Aku telah mengabaikan banyak panggilan hari ini. Padahal
hanya dua orang yang terus berusaha menghubungiku. Tian dan Leon.
Sekarang tinggal Leon yang masih memaksaku untuk mengangkat
panggilannya karena aku tahu, Tian sedang menyusul ke sini.
Sia-sia
sudah pertahananku untuk membiarkan panggilan Leon. Tergesa aku
mengangkatnya.
“Jangan
halangi aku, Leon.”
“Aku
baru beberapa hari meninggalkanmu dan sekarang kamu ingin menikah
dengan orang lain?”
“Dia
bukan orang lain, dia Jun. Orang yang telah dijodohkan denganku
bahkan sebelum aku lahir.”
“Kamu
seharusnya tidak terburu-buru, aku pikir masih bisa dibatalkan.”
“Aku
tidak terburu-buru Leon. Seharusnya aku melakukan ini sejak awal. Ini
janji kedua orang tuaku. Aku tak akan mengingkarinya.”
“Lalu
bagaimana dengan perasaanmu?”
“Perasaanku?
Aku tidak mencintai siapa pun saat ini. Aku tak tahu rasanya jatuh
cinta dan patah hati. Apa bedanya aku menikah atau tidak dengan Jun?”
“Menikah
itu bukan setahun dua tahun, Ta. Tapi seumur hidup.”
“Aku
tahu dan aku percaya aku bisa hidup dengan Jun selamanya. Dia baik.”
“Aku
juga baik denganmu. Mengapa tak menikah denganku saja?”
“Sebab
aku tak punya hutang janji denganmu.”
“Aku
tidak akan mengizinkan pernikahan ini terjadi Renata.”
“Kamu
tak bisa melakukan apa pun tentang ini Leon.”
“Tapi
Tian pasti bisa kan? Sekarang aku rasa dia hampir tiba di rumahmu.
Akan aku pastikan dia ada di sana sebelum ijab kabul dilangsungkan.”
“Kamu
egois Leon.”
“Kamu
juga egois, memutuskan menikah tanpa memikirkan perasaanku atau Tian.
Selama ini apa artinya aku di dalam kehidupanmu?”
“Sahabat
terbaikku Leon. Selalu sahabat terbaik untukku.”
“Sebagai
sahabat, aku hanya memintamu menunda pernikahan ini, tolonglah.
Jangan begini, Ta.”
“Aku
tetap akan menikah dengan Jun, mau hari ini atau tahun depan,
keputusanku tetap sama.”
Aku
mematikan ponselku. Dan segera keluar dari kamar. Turun ke bawah di
mana sudah banyak sekali tamu yang datang untuk menyaksikan
pernikahan kami.