Langsung ke konten utama

Cinta Putih [Bagian 14]


Cinta Putih [Bagian 10]

Cinta Putih [Bagian 11]



Ayah dan ibu duduk bersebelahan di depanku, di sofa. Aku menatap mereka penuh harap. Berharap mereka akan mengatakan semuanya. Sejujur-jujurnya. Karena aku lelah menjadi satu-satunya orang yang tak tahu apa-apa di sini. Tangan ibu berada di dalam genggaman ayah. Seakan-akan mereka berhadapan pada pertanyaan yang paling menakutkan sedunia.


"Katakan saja, aku akan mendengarkannya."


"Tapi, Ibu tidak yakin ini baik untukmu, Nak."


"Katakan saja, aku sudah siap. Ayah?"


"Jangan disembunyikan lagi, Bu. Katakanlah."


"Waktu itu kami berempat bersahabat, menikah dalam waktu yang berdekatan, dan membuat janji untuk menikahkan anak kami jika suatu hari nanti memiliki anak yang berbeda jenis kelaminnya. Rasanya semua begitu menyenangkan saat itu. Bahkan rumah kami berdekatan. Tak ada hari yang kami lewati tanpa kebersamaan. Kebahagiaan rasanya dalam genggaman. Hingga kebakaran hebat merenggut nyawa kedua orang tuamu, bahkan merenggut ingatanmu. Kamu masih kecil waktu itu, sangat kecil untuk memahami kepergian orang tuamu dengan cara yang tragis. Tapi Tuhan dengan sangat baik menutup ingatanmu yang menyakitkan itu. Kamu seakan-akan terlahir kembali sebagai seseorang yang baru. Bahkan Ibu masih ingat waktu pertama kali kamu bangun tidur di rumah kami, kamu memanggil Ibu dan tenggelam dalam pelukan kami. Padahal kami sudah membayangkan kamu akan histeris, menangis, meraung-raung meminta dipertemukan dengan kedua orang tuamu. Otakmu melindungi dirimu dengan menutupi ingatan masa kecil yang tragis itu. Ibu tak tahu bagaimana menjelaskannya padamu tentang siapa dirimu sebenarnya. Kamu masih terlalu kecil."


"Jadi janji pernikahan itu memang benar-benar ada?"


"Kamu sudah tahu?"


"Abang yang menceritakannya padaku, dia ingin kami menikah."


"Seharusnya memang seperti itu, Renata. Ayah sudah melamarmu sewaktu ayahmu masih hidup. Lamaran itu diterima. Hingga hari ini seharusnya lamaran itu masih berlaku."


"Renata tidak keberatan menikah dengan Abang, ini sudah janji orang tua Renata. Sebagai anak, sudah sepantasnya Renata menyelesaikan janji mereka."


"Apa kamu tidak apa-apa, Nak?"


"Aku baik-bai saja, tapi aku tak tahu Abang ada di mana."


"Kamu tidak tahu dia kembali ke rumah ini? Dia tidak mengatakannya padamu dia akan ke sini?"


Mataku tertuju pada sosok yang muncul dari tangga. Dia ada di sini menatapku dengan cara yang sama waktu itu dia melihatku. Aku bimbang bagaimana harusnya bersikap terhadapnya. Selama ini aku hanya mengingatnya sebagai saudaraku dan sekarang aku menerima pernikahan itu. Bagaimana hariku selanjutnya? Bukankah ini akan sangat aneh.


"Jun, ajak Renata ke ruang atas. Kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan bukan?" suara ibu terdengar lirih.


Laki-laki yang sekarang tak bisa aku panggil abang lagi. Aku akan mencoba memanggilnya, Jun.


"Kamu siap, Renata?"


Jun, laki-laki itu, menyalakan pemutar video dan siap menekan tombol 'play'. Aku hanya menganggukkan kepalaku.


"Ini adalah semua video rekaman keluarga kita. Semuanya disimpan untukmu, saat kamu benar-benar siap mengingat semua masa lalumu, masa lalu kita."


Aku tak menyahut. Menunggu video pertama dengan hati berdebar tak karuan. Apakah aku akan bisa mengingatnya kembali? Lalu memandang semua yang ada di hari ini dengan ingatan yang benar? Memandang Jun sebagai lelaki. Bukan saudara kandungku.


"Tapi kalau kamu tidak siap kamu tak perlu melakukannya. Kita bisa menunggu sampai kamu benar-benar siap."


"Sekarang aku siap."


Tangan kiriku segera Jun genggam saat ia menekan tombol 'play'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati-Hati Belanja di Tokopedia Pakai AnterAja

Selama ini saya selalu puas belanja di berbagai marketplace yang ada di Indonesia termasuk di Tokopedia. Karena selama ini pengirimannya yang saya gunakan ya itu-itu saja. Kalau nggak JNE ya JNT. Pernah juga menggunakan SiCepat. Sudah lama sekali tidak berbelanja di Tokopedia dan saya bulan ini ingin beli kamera dan di Tokopedia saya menemukan kamera yang saya inginkan.  Prinsip saya begitu order langsung bayar supaya barang cepat sampai. Saya tidak sadar kalau pengiriman yang default di aplikasi adalah ekspedisi AnterAja. Tidak pernah menggunakan dan baru dengar. Karena saya pikir memang AnterAja melayani sampai ke Pontianak ya nggak ada masalah dengan pengirimannya. Sampai akhirnya saat tulisan ini saya posting, paket kamera yang saya beli tak kunjung sampai. Googling sana-sini. Buka twitter buat komplain hingga akhirnya menemukan banyaknya orang yang komplain dibandingkan puas dengan layanannya dan bahkan review di google juga jelek. Banyak sekali yang memberikan bintang satu. Terma

Video dan Lirik Lagu Kamil Onte ft taZki Acapella - Yok Idop Sehat

Musik adalah bahasa yang universal. Lewat lagu kita bisa menyampaikan banyak hal. Tidak hanya mengumandangkan cinta dan lara. Tapi juga nasihat-nasihat baik yang berguna bagi banyak orang terutama masyarakat di sekitar kita. Seperti lagi Yok Idop Sehat ini yang memang dibuat untuk menghimbau orang supaya menjalani hidup yang sehat. Lengkap dengan tips yang bisa kita lakukan untuk menjalankannya.  Lagunya tidak hanya menghibur namun juga bisa untuk mengingatkan kita bagaimana hidup sehat yang seharusnya. Bukankah kesehatan adalah segalanya. Tanpa kesehatan kita tidak bisa beraktivitas dan produktif. Yok idop sehat. Yok Idop Sehat Hei buda' buda', saye punye cerite Cerite tentang hidup sehat bagaimane Rajin olahraga stamina tetap terjage Ayok kite semue jadi warge sehat sentose.. . Reff : Makan buah & sayuran dan cek kesehatan Jangan sampai kite saket kedolo'an Marilah kite terapkan same-same Agar kite tetap sehat semuenye Diri saye

Gokusen: Yankumi, Cucu Yakuza yang Impiannya Menjadi Guru

http://aki-ojou.blogspot.com Beberapa hari yang lalu mendapat tambahan koleksi film serial Jepang dari Mister Achan. Satu di antaranya Gokusen. Bisa dikatakan ini mirip dengan Great Teacher Onizuka. Perbedaannya pada konsep dasar dan pemeran utamanya. Siapa yang menjadi guru yang akhirnya disayangi oleh murid nakalnya.