Cerita lainnya di sini
Asean Blogger Festival Indonesia 2013: Solo to Jogja
Tetapi hari-hari yang melelahkan itu tergantikan dengan perjalanan menuju Candi Sukuh. Sejak awal saya sudah yakin akan mendatangi candi saja dibandingkan harus ke Sangiran. Sebab di Kalimantan Barat sendiri candi adalah hal yang tidak akan bisa ditemukan. Melihat lebih dekat bagaimana kebudayaan masa lampau dan bapak yang memandu kami memang sangat lancar menceritakan semua hal yang ada di sana.
Sejarah-sejarahnya. Meskipun demikian kita sendiri perlu untuk mengabadikan sejarah yang diceritakan di Candi Sukuh itu dalam bentuk tulisan sehingga ketika suatu hari ada orang yang ingin tahu cerita yang ada di balik Candi Sukuh itu sejarahnya tetap akan bisa dibaca.
Candi Sukuh sendiri dibangun pada abad ke-15. Banyak orang yang beranggapan candi ini menampilkan kevulgaran namun berdasarkan cerita dari pemandu kami, candi ini sebenarnya menggambarkan pendidikan seksual yang berkaitan dengan kehidupan manusia sebelum dilahirkan ke dunia. Dibandingkan candi yang pernah saya kunjungi candi ini rasanya memang lebih sederhana dan tidak begitu luas tanahnya.
Candi Sukuh sendiri sebenarnya tempat ibadah yang dibangun untuk memuja roh leluhur. Ada beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat untuk duduk bersemedi. Meskipun perlambangan yang dipajang di Candi Sukuh adalah benda yang mengandung unsur seksual tetapi pemahaman tentang makna di balik patung-patung yang ada di sana, satu di antaranya memegang alat kelaminnya (laki-laki) adalah sesuatu yang membutuhkan pemikiran yang jernih dan mendalam. Bahwa tidak sesederhana bentuk patungnya melainkan ada makna yang lebih luas dari yang kita lihat secara kasat mata.
Ingin tahu lebih banyak? Datang saja ke sana dan jangan lupa bawa pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarahnya dengan lengkap.
asrama UNS tempat saya menginap |
Pagi itu dengan mata yang
lumayan mengantuk saya membawa koper Elsa naik kereta ekonomi. Sebab
saya harus segera mengembalikan koper saya yang rusak pada Lion Air,
meminta mereka bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan kunci
dan rodanya yang hampir lepas. Repot sekali sebenarnya tapi kalau
tidak dilakukan pihak Lion Air sendiri tentu akan terus mengulang
kesalahan yang sama dan saya akan kesulitan membawa koper yang
rodanya tidak bisa digunakan. Masa harus saya pikul?
Tadi malam jalan di
Jogjanya sudah sangat melelahkan dan sekarang saya harus menghadapi
kelelahan yang sebenarnya. Hari ini, 9 Mei, saya harus check in di
hotel dan menukar koper. Kemudian membawa koper ke bandara. Terdengar
simpel yang harus saya kerjakan tapi semua drama baru saja dimulai
saat saya menaiki kereta api ekonomi menuju Stasiun Balapan.
Satu jam berdiri di kereta
tak begitu membuat saya frustasi karena saya bisa melihat pemandangan
yang tak pernah saya lihat sebelumnya. Saya bahkan bertemu dengan
seorang perempuan yang bisa saya ajak tukar pikiran sepanjang jalan
itu. Hingga akhirnya kami berpisah saat di Stasiun Balapan. Hawa
panas langsung menyerang saya.
Kami tak tahu jalan menuju
Hotel Kusuma Sahid Prince dan harus bertanya pada beberapa orang yang
kami temui. Namun terjadi kesalahpahaman sejak pertama kami bertanya.
Orang yang kami tanya mengira kami mencari hotel 'Sahid'. Ternyata
ada dua hotel yang masih satu jaringan, memiliki nama 'Sahid'. Satu
'Sahid Jaya' dan satunya lagi lebih dikenal dengan sebutan 'Kusuma'.
Boy yang menjemput dan
akan mengantar saya tak tahu jalan dan tak tahu hotel tersebut. Kalau
tidak mengingat dia telah meluangkan waktu untuk mengantar dan
menjemput saya rasanya saya ingin berteriak. Dua tahun di Solo dan
kamu tak tahu hotel dan jalan Boy? Okay, fine! Saya hanya menghela
napas panjang. Keliling mencari hotel dengan membawa koper Elsa yang
lumayan berat meskipun tak ada isinya.
Kami nyasar? Pastinya!
Karena ternyata hotel yang disebutkan oleh orang yang kami tanyai
sebelumnya adalah hotel 'Sahid Jaya' bukan 'Kusuma' yang disebutkan
panitia. Dua jam keliling di bawah terik matahari dan cuaca yang
panas membuat saya hampir putus asa. Belum lagi saya tak mengenakan
helm sehingga Boy harus menghindari pos-pos polisi yang sedang
berjaga.
Di tengah
kehampirputusasaan tak menemukan hotel yang dimaksud saya akhirnya
meminta Boy untuk membiarkan saya naik becak saja. Karena tukang
becak tahu tempatnya dan saya tak perlu menghindari polisi dengan
beberapa kali turun dari motor Boy dan jalan kaki beberapa meter
sehingga kami tidak ditilang. Tapi Boy keras kepala sekali! Dia
ngotot kami tetap harus bareng. Padahal saya kelelahan dan hampir
menyerah. Seandainya saya tahu ada situs yang bisa menunjukkan arah dan bentuk hotel yang dicari seperti www.pegipegi.com saya tidak akan tersesat seperti ini.
Bolak-balik nyasar
akhirnya kami menemukan juga hotel Kusuma Sahid Prince!
Tiba di sana, apa yang
saya dapatkan? Ternyata saya diinapkan di Hotel Sahid Jaya, hotel
yang sebelumnya sudah saya temukan, dua jam yang lalu. Tubuh saya
rasanya sudah akan runtuh seketika. Jadi saya harus balik lagi ke
hotel yang tadi saya tinggalkan untuk kesasar dua jam? Baiklah! Saya
hanya bisa titip koper dan tancap gas bersama Boy untuk mengambil
barang-barang saya dan koper saya yang ada di asrama UNS.
Jaraknya lumayan jauh dan
kami memutuskan istirahat makan dan minum dulu. Selesai makan, masih
dalam keadaan lelah kami berdua menuju asrama. Saya membereskan koper
yang rusak itu berserta barang-barangnya dan mandi terus ganti baju.
Perjalanan melelahkan
lainnya masih menunggu, dari asrama kami ke Hotel Sahid Jaya dan
membawa koper yang lebih berat dari sebelumnya di tambah sekotak
makanan khas Pontianak. Saya hanya bisa menyemangati diri sendiri
supaya tidak putus asa seperti sebelumnya. Tiba di Hotel Sahid Jaya,
registrasi, dapat kunci, memberikan sebungkus amplang pada Mas Erfano
yang sudah dapat menebak kotak yang saya bawa itu isinya apa.
Naik ke kamar di antar
roomboy yang membawakan dua koper ke kamar. Setelah memberikan tips
berupa sebungkus stik keladi pada sang roomboy, saya membongkar koper
saya, mengeluarkan semua isinya. Setelah berhasil mengosongkannya
saya menyusul Boy yang menunggu di parkiran. Kami harus buru-buru ke
bandara, karena klaim terakhir hari ini. Roda koper yang awalnya
hampir lepas sekarang benar-benar lepas. Like I care!
Bandara masih lumayan jauh
dan hawa udara masih panas. Tapi perjuangan belum berakhir. Kami
berdua naik motor menuju bandara. Saya pikir saya tidak membutuhkan
waktu lebih dari 10 menit untuk menyerahkan koper dan pergi. Ternyata
saat saya tiba Lion Air sedang melayani banyak sekali penumpang yang
jadwal keberangkatannya diganti besok karena pesawat Lion Air ada
yang rusak. Saya sudah merasa akan ada hal yang tidak menyenangkan
terjadi berikutnya.
Selain saya harus
mengantri panjang dan mau tidak mau nyerobot antrian orang yang
menukar tiket, karena keperluan saya berbeda. Lalu pada akhirnya saya
harus masuk ke dalam bandara tanpa bisa memperlihatkan tiket pada
bagian keamanan yang ada di depan pintu masuk. Alasan saya mereka
terima dan saya melenggang ke dalam.
Setelah menyelesaikan
urusan yang sangat menguras tenaga ini kami balik lagi ke hotel dan
saya benar-benar lelah tetapi Gala Dinner malam ini jadwalnya.
Jadilah saya harus mandi. Satu hal yang membuat saya semangat
hanyalah dress Batik Tidayu yang saya bawa jauh-jauh untuk keperluan
malam itu. Roommate saya
belum datang juga. Ternyata pesawat mereka delay beberapa jam dan ini
juga melibatkan Feri, perwakilan dari Kalimantan Barat, sama dengan
saya. Namun karena keberangkatan saya lebih awal dua hari, jadilah
dia satu-satunya perwakilan Kalimantan Barat yang terjebak bersama
banyak blogger lainnya.
Tetapi hari-hari yang melelahkan itu tergantikan dengan perjalanan menuju Candi Sukuh. Sejak awal saya sudah yakin akan mendatangi candi saja dibandingkan harus ke Sangiran. Sebab di Kalimantan Barat sendiri candi adalah hal yang tidak akan bisa ditemukan. Melihat lebih dekat bagaimana kebudayaan masa lampau dan bapak yang memandu kami memang sangat lancar menceritakan semua hal yang ada di sana.
Sejarah-sejarahnya. Meskipun demikian kita sendiri perlu untuk mengabadikan sejarah yang diceritakan di Candi Sukuh itu dalam bentuk tulisan sehingga ketika suatu hari ada orang yang ingin tahu cerita yang ada di balik Candi Sukuh itu sejarahnya tetap akan bisa dibaca.
Candi Sukuh sendiri dibangun pada abad ke-15. Banyak orang yang beranggapan candi ini menampilkan kevulgaran namun berdasarkan cerita dari pemandu kami, candi ini sebenarnya menggambarkan pendidikan seksual yang berkaitan dengan kehidupan manusia sebelum dilahirkan ke dunia. Dibandingkan candi yang pernah saya kunjungi candi ini rasanya memang lebih sederhana dan tidak begitu luas tanahnya.
Candi Sukuh sendiri sebenarnya tempat ibadah yang dibangun untuk memuja roh leluhur. Ada beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat untuk duduk bersemedi. Meskipun perlambangan yang dipajang di Candi Sukuh adalah benda yang mengandung unsur seksual tetapi pemahaman tentang makna di balik patung-patung yang ada di sana, satu di antaranya memegang alat kelaminnya (laki-laki) adalah sesuatu yang membutuhkan pemikiran yang jernih dan mendalam. Bahwa tidak sesederhana bentuk patungnya melainkan ada makna yang lebih luas dari yang kita lihat secara kasat mata.
Ingin tahu lebih banyak? Datang saja ke sana dan jangan lupa bawa pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarahnya dengan lengkap.