Langsung ke konten utama

Asean Blogger Festival Indonesia 2013: Jogja Trip!



Honeylizious.com - Harus saya akui bahwa lebih menyenangkan jalan-jalan dengan Mia dan Elsa dibandingkan Boy. Selain mereka tahu jalan dan tempat wisata, jauh lebih seru sesama perempuan. Walaupun sebenarnya bersahabat dengan perempuan bukanlah hal yang mudah. Sahabat perempuan saya bisa dihitung dengan jari. Berbanding terbalik dengan laki-laki.


Hal pertama yang kami lakukan setelah makan adalah istirahat satu jam. Kemudian bersiap-siap ke pasar. Saya lupa nama pasarnya, tapi seingat saya ada 'Harjo'-nya dan diawali 'B'. Tentu saja ini bukanlah teka-teki berhadiah tapi siapa pun boleh menebaknya kalau mau. Pasar ini banyak menjual batik dan kerudung. Sepanjang yang saya lihat sih itu. Tapi saya tak melihat lebih jauh lagi. Saya segera memilih banyak sekali jilbab yang saya inginkan. Harganya yang super miring membuat saya kalap. Awalnya tak ada niat belanja jilbab malah memborong.


Puas keliling pasar tersebut kami masih lagi jalan-jalan dan singgah di toko-toko di sepanjang jalan Malioboro. Sangat ramai dan semua orang begitu semangat berdagang. Saat Magrib kami bertiga pulang dan mandi. Lalu bersiap-siap untuk berjalan-jalan selanjutnya di alun-alun. Sebelumnya saya sudah pernah mendatangi semua tempat wisata di Jogja tetapi karena sendirian dan siang sepertinya ada banyak hal yang saya lewatkan.

Malamnya memang kami makan dulu di sebuah lesehan yang menyediakan puyuh goreng. Dengan harga yang terlampau miring. Jadilah kami bertiga memesan empat piring karena terlalu lapar. Soalnya saya yakin sekali kali ini saya tak akan menemukan makanan yang manis di sini. Tidak ada kuah yang kami pesan untuk menghindari menemukan makanan yang manis dan semuanya digoreng.

Makan dengan lahap karena selain sesuai dengan lidah, saya sangat menyukai burung dan terong yang digoreng. Meskipun sambalnya dipertanyakan tingkat kepedasannya yang jauh dari harapan, saya sangat senang bisa makan dengan kenyang malam itu setelah mengalami kesulitan makan di Solo. Pertimbangan terakhir adalah saya akan makan di Rumah Makan Padang jika masih tak menemukan makanan yang sesuai dengan selera saya.


Biarkan saja nanti ada yang mengatakan: "Jauh-jauh ke Solo ujung-ujungnya makan nasi Padang?"


Kelar makan yang saya perkirakan biaya totalnya 70ribuan ternyata cukup dilunasi dengan uang 40ribu dan masih ada kembaliannya. Empat porsi makanan tiga gelas minuman? 38ribu? Baiklah lupakan sejenak harga yang selama ini saya pegang di Pontianak. Ini Jogja, Bung!



Kemudian kami bertiga menuju alun-alun dan segera berjalan ke tengah. Awalnya saya sendiri tidak tahu apa yang akan mereka lakukan karena saya hanya melihat banyak orang yang berjalan dengan mata tertutup. Ternyata, ada tradisi untuk berjalan di antara dua pohon beringin yang ada di tengah lapangan dengan mata tertutup.


Banyak juga yang tidak berhasil dan jalannya malah berbelok ke arah yang lain. Tentu saja kami tertawa dan Elsa mengatakan: "Begitulah kalau orang yang mata hatinya buta dan tertutup, tak akan bisa melewati bagian tengah dua pohon beringin tersebut."


Saya menolak dengan alasan kalau saya gagal Elsa akan menertawakan saya dan mengatakan hal yang sama. Mengatakan bahwa mata hati saya buta. Tentu saja saya tak rela sepanjang malam nanti dia akan menghina saya habis-habisan. Tapi Mia berhasil meyakinkan saya untuk ikut melakukannya. Baiklah karena kami tak menyiapkan penutup mata kami harus menyewa penutup mata yang tersedia. Melupakan sejenak itu bekas digunakan orang.


Percobaan pertama saya gagal. Namun saya sudah bertekad akan mencoba sampai berhasil, tak peduli dipercobaan yang keberapa. Ternyata dipercobaan kedua saya berhasil. Apa pun yang Mia dan Elsa lakukan selama mata saya tertutup, saya tak peduli. Saya sudah berhasil. Capek jalan kaki kami memutuskan untuk naik odong-odong yang penuh dengan cahaya lampu yang berwarna-warni.



Belum sempat memilih, seorang lelaki menawarkan kami odong-odongnya. Satu putaran 25ribu. Tawar-menawar berlangsung alot dan kami pergi karena pemilik odong-odongnya terlalu sombong dan banyak aturan. Menyeberang untuk menawari kami saja dia tak mau. Dia hanya melambaikan tangan dan meminta kami yang menyeberang. Kemudian saat tawar-menawar juga caranya sangat tidak menyenangkan.


Dia bilang: "Harga segini sudah murah, tanya saja yang lain kalian tidak akan mendapatkan harga semurah ini."


Sebagai seorang pedagang saya yakin sekali kalimat itu hanya akan menyerang diri kita sendiri. Harusnya dia membuat penawaran yang lebih baik. Apalagi saya sendiri tidak begitu berniat untuk naik odong-odong. Malah saya lebih suka kami numpang foto-foto saja lalu duduk minum di meja-meja yang disusun di pinggir lapangan. Sayangnya saat saya ingin numpang foto-foto sang pemilik odong-odong yang sombong itu malah bertanya: "Ini jadi atau tidak?"


Kami bertiga langsung kabur mencari odong-odong yang lain. Kemudian seorang perempuan menyapa kami dengan penuh senyuman dan menawarkan odong-odongnya 20ribu satu putaran. Kemudian kami menawar 25ribu untuk dua putaran dan dia dengan senyuman yang tak hilang di wajahnya mengiyakan. Ya ampun ibu ini baik sekali...


Tambahan pelayanan lainnya dia tidak keberatan untuk menjepret kami yang ingin di foto bertiga di odong-odongnya yang penuh cahaya.


Niat buruk kami bertiga dapatkan teman-teman tebak?


Hal pertama yang terlintas di kepala kami adalah melewati odong-odong lelaki tadi yang dengan sombongnya membuat penawaran dengan kami. Berjalan dengan 'slow motion' di dekatnya dan memamerkan kami mendapatkan odong-odong jauh lebih murah dari yang dia tawarkan bahkan kami boleh singgah ke tempat minum yang kami inginkan kalau mau. Soalnya ibu pemilik odong-odong tidak melarang kami singgah-singgah di mana pun yang kami inginkan. Beda sama penawaran sang laki-laki sebelumnya.


Awalnya kami hanya ingin dua putaran tapi sepertinya menyenangkan berkeliling, teriak-teriak, tertawa-tawa, dan berkeringat.


Jadilah kami berputar tiga kali dengan harga 30ribu saja. Kapan-kapan kalau saya ke Jogja lagi saya rasa saya akan mendatangi ibu yang sama untuk menyewa odong-odong. Lelah? Pastinya. Jadilah kami segera menuju meja-meja yang disusun di pinggir lapangan. Haus dan saya butuh minuman dingin. Kami memilih meja di tengah menunggu minuman yang kami pesan datang.


Drama? Tentu saja ada.


Mia bertanya harga minuman yang kami pesan pada pedagangnya.


"Cappucino berapa Bu? Es susu?"


"Lima ribu, jadi?"


"Jadi kok, Bu. Saya kan cuma bertanya."


Saya dan Elsa hanya bisa tergelak. Wajah Mia yang lucu sekali ekspresinya. Kalimat dari ibu yang berdagang minuman itu juga tak kalah lucu. Dia tidak tahu sih saya biasanya membayar 10ribu untuk segelas Cappucinno Es di Pontianak, bahkan banyak yang menjual di atas 10ribu.


Sambil minum kami meminta grup pengamen yang necis dan membawa peralatan sangat lengkap menghibur kami. Apalagi Mia melihat ada yang ganteng di antara mereka. Seingat saya kami memesan 6 lagu. Ada 30 menit dia berada di meja kami sebelum akhirnya pindah dan kami membayarnya 10ribu untuk 6 lagu yang mereka nyanyikan. Dan karena 'mereka tampan' juga sih. Loh!


Setelah minum dan saya hampir kehabisan suara, kami bertiga pulang ke rumah Mia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati-Hati Belanja di Tokopedia Pakai AnterAja

Selama ini saya selalu puas belanja di berbagai marketplace yang ada di Indonesia termasuk di Tokopedia. Karena selama ini pengirimannya yang saya gunakan ya itu-itu saja. Kalau nggak JNE ya JNT. Pernah juga menggunakan SiCepat. Sudah lama sekali tidak berbelanja di Tokopedia dan saya bulan ini ingin beli kamera dan di Tokopedia saya menemukan kamera yang saya inginkan.  Prinsip saya begitu order langsung bayar supaya barang cepat sampai. Saya tidak sadar kalau pengiriman yang default di aplikasi adalah ekspedisi AnterAja. Tidak pernah menggunakan dan baru dengar. Karena saya pikir memang AnterAja melayani sampai ke Pontianak ya nggak ada masalah dengan pengirimannya. Sampai akhirnya saat tulisan ini saya posting, paket kamera yang saya beli tak kunjung sampai. Googling sana-sini. Buka twitter buat komplain hingga akhirnya menemukan banyaknya orang yang komplain dibandingkan puas dengan layanannya dan bahkan review di google juga jelek. Banyak sekali yang memberikan bintang satu. Terma

Video dan Lirik Lagu Kamil Onte ft taZki Acapella - Yok Idop Sehat

Musik adalah bahasa yang universal. Lewat lagu kita bisa menyampaikan banyak hal. Tidak hanya mengumandangkan cinta dan lara. Tapi juga nasihat-nasihat baik yang berguna bagi banyak orang terutama masyarakat di sekitar kita. Seperti lagi Yok Idop Sehat ini yang memang dibuat untuk menghimbau orang supaya menjalani hidup yang sehat. Lengkap dengan tips yang bisa kita lakukan untuk menjalankannya.  Lagunya tidak hanya menghibur namun juga bisa untuk mengingatkan kita bagaimana hidup sehat yang seharusnya. Bukankah kesehatan adalah segalanya. Tanpa kesehatan kita tidak bisa beraktivitas dan produktif. Yok idop sehat. Yok Idop Sehat Hei buda' buda', saye punye cerite Cerite tentang hidup sehat bagaimane Rajin olahraga stamina tetap terjage Ayok kite semue jadi warge sehat sentose.. . Reff : Makan buah & sayuran dan cek kesehatan Jangan sampai kite saket kedolo'an Marilah kite terapkan same-same Agar kite tetap sehat semuenye Diri saye

Gokusen: Yankumi, Cucu Yakuza yang Impiannya Menjadi Guru

http://aki-ojou.blogspot.com Beberapa hari yang lalu mendapat tambahan koleksi film serial Jepang dari Mister Achan. Satu di antaranya Gokusen. Bisa dikatakan ini mirip dengan Great Teacher Onizuka. Perbedaannya pada konsep dasar dan pemeran utamanya. Siapa yang menjadi guru yang akhirnya disayangi oleh murid nakalnya.